Selasa, 26 Mei 2015

MENOMETRORRHAGI + ANEMIA

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “ K ” P10001 USIA 45 TAHUN DENGAN MENOMETRORRHAGI + ANEMIA DI PAVILIUN MELATI RSUD JOMBANG Oleh : MUSYAROFAH NIM 02.12.130 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA MOJOKERTO KATA PENGANTAR Dengan mengucap Alhamdulillah, penulis mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan asuhan kebidanan pada Ny.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemia di Paviliun Melati RSUD Jombang dalam membuat asuhan ini, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang penulis miliki. Pembuatan Asuhan Kebidanan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Kebidanan II dan dengan terselesainya laporan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Yulianto S.Kep.Ners M.M selaku Ketua Stikes Dian Husada Mojokerto. 2. Ibu Riska Aprilia SST,M.Kes selaku Kaprodi DIII Kebidanan Stikes Dian Husada Mojokerto. 3. Ibu Kurnia I, S.ST M.Kes selaku Pembimbing Akademik Stikes Dian Husada Mojokerto. 4. Ibu Dwi Estu Wulyani, Amd.Keb. Selaku pembimbing klinik di RSUD Jombang. Demikian Asuhan Kebidanan ini kami susun, semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan Asuhan Kebidanan ini. Jombang ,07Mei 2015 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menometrorhargia adalah perdarahan yang bisa dibedakan antara haid dan bukan haid, perdarahan yang banyak diluar masa haid biasanya tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid dan adapula perdarahan yang terjadi sewaktu haid perdarahan ini menjadi satu. Biasanya jalan satu-satunya untuk penanganan menometrorhargia ini dilakukan kuret oleh dokter spesialis. Dari berbagai macam kasus menometrorhargia ini maka penulis tertarik untuk mengambil kasus pada Ny "K" dengan menometrorhargia + Anemia. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemia di RSUD Jombang 1.3 Tujuan Studi Kasus 1.3.1 Tujuan Umum Untuk Melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan menometrorrghi melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan 7 langkah varney dan pendokumentasian SOAP di lapangan. 1.3.2 Tujuan Khusus Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemia di RSUD Jombang agar peneliti mampu: 1. Untuk Mengumpulkan data subjektif pada NyNy.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemia di RSUD Jombang 2. Untuk Melakukan dan mengumpulkan data objektif pada Ny.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemia di RSUD Jombang 3. Untuk Menentukanan analisa data dengan menegakkan diagnose pada Ny.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemiadi RSUD Jombang 4. Untuk Melakukan pelaksanaan atas rencana manajemen yang telah di rencanakan pada Ny.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemiadi RSUD Jombang 1.4 Manfaat Studi Kasus 1.4.1 Manfaat Teoritis Diharapkan studi kasus juga berguna untuk memecahkan semua permasalahan yang biasa dijumpai di dunia kesehatan . 1.4.2 Manfaat Psikis 1. Bagi Institusi Sebagai bahan referensi terhadap penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu dengan menometrorrhagi + anemia yang bermanfaat, terutama untuk mahasiswa kebidanan. 2. Bagi Lahan Praktek Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur informasi bagi petugas pelayanan kesehatan mengenai asuhan kebidanan pada ibu menometrorrhagi + anemiauntuk memberikan upaya preventif pencegahan dan asuhan terhadap pasien dengan menometrorrhagi + anemia 3. Bagi Klien dan keluarga Agar pasien lebih memahami tentang keadaan nya secara komprehensif pada klien. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan penulis lain dapat mengembangkan studi kasus sejenis, dan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk studi kasus lebih lanjut sehingga bisa bermanfaat untuk kita semua.. 1.5 Metode Dan Teknik Pengumpulan Data Di dalam penulisan asuhan kebidanan ini, metode studi kasus yang digunakan adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus itu untuk mencari gambaran yang lebih jelas tentang asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien dengan menometrorrhagi + anemia Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan asuhan kebidanan ini adalah: 1.5.1 Wawancara Yaitu dengan mewawancarai secara langsung petugas dan keluarga pasien. 1.5.2 Observasi Yaitu dengan observasi dalam melakukan asuhan kebidanan secara langsung. 1.5.3 Dokumentasi Mempelajari buku-buku laporan, catatan medis serta hasil pemeriksaan yang ada. 1.6 Tempat dan Waktu Asuhan kebidanan ini dilakukan di RSUD Jombang yaitu pengkajian nya dilaksanakan pada tanggal 07 Mei 2015 1.7 Sistematika penulisan Adapun siatematika penulisan yang di gunakan terdiri dari : BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum 1.3.2 Tujuan Khusus 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.2 Manfaat psikis bagi institusi,praktek,penulis,dan pasien 1.5 Metode teknik pengumpulan data 1.6 Tempat dan waktu 1.7 Sistematika penulisan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 3 STUDY KASUS BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Menometroragia 2.1.1 Definisi Menometroragia Perdarahan bukan haid ialah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid (Sarwono Prawirohardjo, 1999 : 223) Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu ; yang pertama dinamakan metrorhagia yang kedua menometroragia Menorrhagia adalah haid teratur tetapi jumlah darahnya banyak Metrorrhagie adalah perdarahan rahim di luar waktu haid. (Sulaiman Sastrawinata : 31) Jadi menometrorrhagia adalah perdarahan di luar waktu haid dengan jumlah darah yang banyak. 2.1.2 Sebab-sebab Menometrorrhagi 1. Sebab-sebab Organik Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada : a. Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri, karsinoma servisis uteri. b. Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, abortus sedang berkembang, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma kurporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri. c. Tuba fallopi, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba. d. Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium. 2. Sebab-sebab Fungsional Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menophause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur 40 tahun, dan 3% dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit. (Sarwono Prawirohardjo : 223-225) 2.1.3 Patologi Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemorragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Penjelasan ini masih dapat diterima untuk sebagian besar kasus-kasus perdarahan disfungsional. Akan tetapi, penelitian menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaa dengan berbagai jenis endometrium, yakni endometrium atiofik, hiperplastik, proliferatif dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar. Pembagian endometrium dalam endometrium jenis non sekresi dan endometrium jenis sekresi penting artinya, karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulatoar dari ovulatoar. Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoar gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular, vasamotorik, ata hematologik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovulatoar biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin. (Sarwono Prawirohardjo, 1999 : 225) 2.1.4 Gambaran Klinik 1. Perdarahan Ovulatoar Untuk menegakkan diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi maka kadang-kadang bentuk kurve suhu basan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya : a. Korpus luteum persistens, dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang bersamaa dengan ovarium membesar. b. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premestual spotting, menoragia atau polimenorea. c. Apopleksia uteri, pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus. d. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekanisme pembekuan darah. 2. Perdarahan Anovulatoar Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar. (Sarwono, Prawirohardjo, 1999 : 225-226) 2.1.5 Diagnosis Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak/sedikit, sakit/tidak), lama perdarahan. Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu). Pada wanita dalam masa pubertas umumnya tidak perlu dilakukan kerokan guna pembuatan diagnosis. Pada wanita berumur antara 20 dan 40 tahun kemungkinan besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan sebagainya. Disini kerokan diadakan sedikit dapat diketahui benar bahwa tindakan tersebut tidak mengganggu kehamilan yang masih memberi harapan untuk diselamatkan. Pada wanita dalam premenopause dorongan untuk melakukan kerokan ialah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas. (Sarwono Prawirohardjo, 1999 : 227) 2.1.6 Penanganan Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi transfusi darah. Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus imkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid, dapat diberikan : 1. Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. 2. Progesteron, pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. (Sarwono Prawirohardjo, 1999 : 227-228) Pengobatan terhadap kelainan ini pada remaja (gadis) dengan pengaturan hormonal sedangkan untuk wanita menikah (mempunyai anak) dengan memeriksa alat kelamin dan bila perlu dilakukan kuretase dan pemeriksaan patologi untuk memastikannya (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999 : 56) 2.2 Anemia 2.2.1 Definisi Anemia - Suatu keadaan dimana kadar Hb atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 11 gr/dl dan Hi < 41% pada pria atau < 12 gr/dl dan Ht < 37% pada wanita (Mansjoer, 2005). - Dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 g/100 ml, baik pria maupun wanita (Sarwono, 2005) 2.2.2 Gejala-Gejala Umum Anemia antara lain : 1. Cepat lelah 2. Takikardi 3. Pucat 4. Pusing 5. Takipnea pada latihan fisik 2.2.3 Patofisiologi Anemia disebabkan oleh 2 faktor : 1. Penurunan produksi - Anemia defisiensi : a. Defisiensi besi b. Defisiensi vitamin B12 c. Defisiensi asam folat - Anemia aplatis 2. Peningkatan penghancuran - Anemia karena perdarahan - Anemia hemolitik (Sarwono, 2005) 2.2.4 Etiologi 1. Defisiensi zat besi, vitamin B12 atau asam folat yang dapat menyebabkan anemia megaloblastik 2. Kerusakan sum-sum tulang / ginjal 3. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam satu siklus menstruasi 4. Penghancuran sel darah yang dapat menyebabkan anemia hemolitik (Sarwono, 2005) 2.2.5 Pembagian Anemia 1. Anemia mikrostik hipokromik a. Anemia defisiensi besi b. Anemia penyakit kronik 2. Anemia makrositik a. Defisiensi vitamin B12 b. Defisiensi asam folat 3. Anemia karena perdarahan 4. Anemia hemolitik (dimana antibodi IgG yang dibentuk diikat dalam membran sel darah merah) 5. Anemia aplastik (ketidaksanggupan sum-sum tulang untuk membentuk sel-sel darah) (Sarwono, 2005) 2.2.6 Penatalaksanaan 1. Mengobati perdarhana kronis dengan cara mengobati penyebab perdarahan 2. a. Memberikan kelengkapan zat besi, pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per oral 600-1000 mg / hr seperti sulfas ferrosus/ glukonas ferrosus, secara IM dapat disuntikkan dekstran besi (imferon) atau sorbital besi (jectofer), secara IV dapat diberikan seperti fereum oksidum sakraratum, sodium differat dan dekstran besi (imferon) dengan dosis 1000-2000 mg unsur besi sekaligus b. Memberikan kelangkaan vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mikrogram /hari baik secara oral maupun parental c. Memberikan kelangkaan asam folat, diberikan per oral dengan dosis 15-30 mg/hr atau secara parenteral dengan dosis yang sama 3. menghentikan obat-obatan yang dapat menyebabkan anemia, umumnya obat dalam penyakit infeksi seperti, cefotaxim, ampisilin, pinisilin, dll 4. tranfusi darah apabila Hb-nyak kurang dari 6 g/dl dapat disediakan tranfusi darah walaupun tidak lebih dari 1000 ml (Sarwono, 2005) 2.3 Konsep Asuhan Pada Pasien dengan Menometrorrhagi + Anemia 2.3.2 Pengertian Asuhan Kebidanan adalah bantuan yang dilakukan oleh bidan kepada individu/klien yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan sistematik melalui proses yang disebut manajement kebidanan (Depkes RI, 1995 : 3). Adapun penerapan suatu proses manajement kebidanan dalam bentuk praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses manajement kebidanan yang terdiri dari beberapa model alur pikiran yaitu 9 langkah, model Varney 7 langkah, model kompetensi bidan indonesia 5 langkah. 2.3.3 Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal proses Asuhan Kebidanan yaitu mengumpulkan data, mengolah dan menganalisa data yang diperoleh dalam bentuk data subyektif, objektif dan data penunjang yang akan memberikan gambaran keadaan kesehatan klien (Depkes RI, 1995 : 5). 2.3.3.1 Data Subjektif 1. Biodata - Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari. - Umur dicatat dalam tahun sebaiknya juga ditanyakan tanggal lahir klien untuk mengetahui pasien mau memasuki masa menophause. - Alamat perlu dicatat untuk mengetahui hubungan bila ada keadaan mendesak. - Pekerjaan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kesehatan klien dan juga pembiayaan. - Agama perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh didalam kehidupan termasuk kesehatan. - Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. - Status perkawinan ditanyakan pada klien untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan. 2. Keluhan Utama Adanya keluhan yang dirasakan oleh klien yang menyebabkan adanya gangguan yang perlu ditanyakan pada klien dengan gangguan reproduksi Bagaimana keadaan ibu : lemah, cukup, baik Apakah ada keluhan : pusing, perdarahan banyak. 3. Riwayat Kebidanan a. Riwayat menstruasi Hal yang perlu ditanyakan sehubungan dengan riwayat menstruasi antara lain : • Menarche umur berapa • Siklus menstruasi • Lamanya haid. • Banyaknya darah yang keluar. • Warna dan bau darah • Dismenenorrhoe. • Fluor albus. • HPHT Perlu ditanyakan riwayat haid ibu 3 bulan sebelumnya. Anamnesa haid ini berguna untuk memberikan gambaran tentang faal alat kandungan. b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Hal yang perlu ditanyakan yaitu : • Kehamilan berapa dan dari perkawinan keberapa. • Ikhtiar kehamilan. • Riwayat persalinan, anak hidup atau mati, sebab kematian, jenis kelamin, tempat melahirkan atau penolong persalinan, cara melahirkan spontan belakang kepala atau dengan tindakan. • Masalah atau gangguan yang timbul saat masa nifas dan laktasinya. 4. Riwayat Kesehatan Sekarang Hal yang perlu dikaji apakah klien mempunyai riwayat penyakit keturunan ataupun penyakit menular. 5. Riwayat Penyakit Keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga, orang tua klien, apakah menderita penyakit keturunan. 6. Riwayat Keluarga Berencana Perlu dicatat bagi ibu yang mengikuti atau pernah KB, hal ini penting untuk diketahui apakah ada pengaruh terhadap penyakit yang diderita ibu. 7. Pola kebiasaan sehari-hari a. Nutrisi Perlu disampaikan bagaimana pemenuhan nutrisi selama ini sudah sesuai kebutuhan. b. Pola eliminasi Bagaimana pola BABnya, konstipasi merupakan salah satu masalah yang berhubungan dengan perencanaan dan pola BAK. c. Pola istirahat Waktu istirahat ± 5 jam. d. Personal hygiene Kebersihan tubuh merupakan salah satu pokok-pokok yang perlu diperhatikan dalam hygiene. 8. Latar belakang sosial budaya Data ini diperlukan untuk mengetahui kebiasaan keluarga dalam kehidupan sehari-hari 9. Psikososial dan Spiritual (dukungan keluarga) Bagaimana hubungan dengan keluarga, keadaan ibu yang menderita sakit lebih sensitif, kehidupan yang harmonis serta menyenangkan sangat dibutuhkan 2.3.3.2 Data Obyektif Pemeriksaan Umum 1. Keadaan Umum 2. Tanda-tanda vital - Tekanan darah Normalnya adalah tekanan darah dimana sistol < 130 dan sistole < 85 (STIK Jakarta, 2000) - Nadi Nadi yang normalnya sekitar 80x/menit. Bila nadi lebih dari 120x/menit maka hal ini menunjukkan adanya kelainan. - Pernafasan Normalnya 16-24 kali/menit. Bila lebih dari 24x/meni menandakan adanya tachipneu (Robert P, 1996 : 76). Sesak napas ditandai frekuensi pernafasan yang meningkat dan kesulitan bernafas, serta rasa lelah, bila hal ini terjadi setelah melakukan kerja fisik (berjalan, tugas sehari-hari) maka kemungkinan terhadap penyakit jantung. - Suhu Normalnya 900F – 99,60F (36,10C – 37,60C). (Doengoes, 2001 : 41) 3. Tinggi badan, berat badan dan postur tubuh 4. Kepala - Rambut Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok atau tidak, rambut mudah dicatat menandakan kurang gizi atau kelainan tertentu - Muka - Mata Bentuk simetris, konjungtiva normal, warna merah muda, bila pucat menandakan anemia, sklera mata normal, berwarna putih, bila kuning menandakan mungkin infeksi hepatitis. Bila merah kemungkinan ada konjungtivitis. - Hidung Normal, tidak ada polip, kelainan. - Telinga Bagaimana kebersihannya. - Gigi - Leher Normal tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid. - Abdomen, genetalia, ekstremitas 5. Pemeriksaan Dalam Pemeriksaan dalam disini secara umum untuk dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks dan panggul, jumlah perdarahan untuk menegakkan adanya diagnosa. 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah lengkap, termasuk skrining koagulasi jika diindikasikan kemungkinan test fungsi thyphoid. Tes-tes ini mungkin sudah cukup untuk menegakkan diagnosa tetapi jika berusia 35 tahun keatas lazim dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Tes tambahan tersebut adalah : - Pengambilan sample/biopsi endometrium. - Histerektomi. - USG transvaginal. - Kuretase diagnostik (Lewellyn Jones Derek, 2001 : 209) 2.3.4 Identifikasi Diagnosa/Masalah Diagnosa Kebidanan adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan oleh seorang bidan sesuai dengan teori dan masalah yang sering terjadi pada ibu dengan gangguan haid. Diagnosa : Menorrhagia, menometrorrhagia, dismenenorrhoe, amenorrhoe. DS : - Ibu mengatakan menstruasi tidak berhenti-henti sejak ± 2 bulan - Perut terasa mules - Lewat vagina mengeluarkan darah disertai gumpalan-gumpalan. DO : - Inspeksi Dari vagina mengeluarkan darah disertai gumpalan-gumpalan Masalah Masalah yang biasa dialami ibu : 1. Anemia sehubungan dengan perdarahan. 2. Rasa nyaman (nyeri/perut mulas). 2.3.5 Identifikasi Masalah Potensial Masalah potensial yang biasa terjadi adalah potensial terjadinya anemia. Antisipasinya jika perlu : - Transfusi jika perlu : • Berikan packed cells. • Jika darah tidak dapat disentrifagasi gantung kantung darah beberapa waktu sehingga sel darah merah mengendap. Berikan sel darah merahnya saja, serum ditinggalkan. • Beri furacemid 40 mg IV untuk setiap unit packed cells. (Saifuddin Abdul Bari, 2002 : M 150) 2.3.6 Identifikasi Kebutuhan Segera dan Tindakan Segera Pada tahap ini dilakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapie. 2.3.7 Menyusun Rencana Asuhan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa. Rencana yang dilakukan : 1. Lakukan pendekatan therapeutik R/ Hubungan baik antara petugas kesehatan dan klien memungkinkan klien lebih kooperatif terhadap tindakan yang diberikan. 2. Jelaskan pada pasien penyebab penyakitnya R/ Memberi pengetahuan tentang penyebab gangguan haidnya. 3. Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan R/ Penjelasan tentang tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan rasa percaya diri klien pada petugas sehingga klien lebih kooperatif dalam pelaksanaan tindakan. 4. Observasi TTV R/ Deteksi dini adanya komplikasi. 5. Kolaborasi dengan dokter R/ Melaksanakan fungsi independent bidan. 2.3.8 Melaksanakan Rencana Asuhan Pada langkah ini melaksanakan rencana/intervensi, asuhan yang telah dibuat. 2.3.9 Evaluasi Mengevaluasi dari tindakan asuhan yang telah diberikan petugas kesehatan. (Depkes RI, 2000) BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian Tanggal Pengkajian : 07-05-2015Pukul :11.00 WIB Tanggl MRS : 06-05-2015 Pukul : 12.54 WIB Ruang : Pav. Melati RM : 03 64 58 A. Data Subyektif 1. Identitas Biodata Nama pasien : Ny. “K” Umur : 45 tahun Agama : Islam Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Pendidikan : SI Pekerjaan : PNS Alamat : Diwek-Jombang Nama suami : Tn.”M” Umur : 47 tahun Agama : Islam Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Pendidikan : SI Pekerjaan : PNS Alamat : Diwek-Jombang 2. Keluhan Utama Ibu mengatakan merasa pusing. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu mengatakan pada tanggal 06 Mei 2015 datang ke Puskesmas Cukir mengeluh pusing, karena jumlah darah menstruasi banyak ± ganti pembalut 5 – 6 kali dalam sehari ini, ibu mengalami mentruasi sejak 1 bulan yang lalu sedikit-sedikit tidak teratur. Di Puskesmas Cukir dilakukan pemeriksaan Hb dengan hasil 6,2gr/dl.Ibu mendapat anjuran rujukan dari Puskesmas Cukir lalu ibu dikirim ke Poli Kandungan RSUD Jombang. Di Poli Kandungan dilakukan cek Hb ulang dan didapatkan hasil baahwa kadar Hb 6,2 gr/dl. Kemudian dari Poli Kandungan ibu dikirim ke Paviliun Melati RSUD Jombang, untuk dilakukan perawatan lebih lanjut. 4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit tumor dan tidak pernah mengalami meanstruasi dalam jumlah darah yang banyak dan berlangsung lebih dari 7 – 8 hari. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti kencing manis, serta tidak mempunyai penyakit menahun seperti jantung. 6. Riwayat Kebidanan a. Riwayat Haid Menarche : 14 tahun Siklus : tidak teratur Lamanya :7 – 8 hari Banyaknya : 6 pembalut / hari, 1 pembalut penuh setiap kali ganti. Dismenorrhea : ( + ) Fluor albus : ( - ) HPHT : 25 - 04 – 2015 7. Riwayat perkawinan Umur pertama nikah : 26 tahun Lama menikah : 19 tahun Berapa kali menikah : 1 kali Jumlah anak : 1 8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu Hamil ke Kawin ke Ikhtisar kehamilan Riwayat Persalinan Hidup Umur Jenis kelamn Nifas Aterm P I A I I Hamil 9 bulan Lahir spontan, ditolong oleh bidan di BPS tanggal 06-03-1998 - - - 17 thn Laki2 Baik, tidak perdarahan, neteki sampai bayi usia 2 tahun . 9. Riwayat Kontrasepsi Ibu mengatakan setelah kelahiran ibu memakai KB pil selama 4 tahun terahir tahun 2002, dan sampai sekarang ibu tidak memakai KB. 10. Pola Kebiasaan Sehari-hari Pola Di Rumah Di Rumah Sakit Nutrisi Ibu makan 3x sehari dengan porsi sedang ( nasi, sayur, lauk pauk ). Minum air putih ± 6-7 gelas/hari Ibu makan 3x sehari dengan porsi dr rumah sakit (nasi, sayur, lauk pauk ditambah buah ). Nasi habis Separuh.Minum air putih ± 6-7 gelas/hari Istirahat Tidur malam ± 7 jam (± jam 22.00-05.00 WIB) Tidur siang ± 1 jam (± jam 14.00-15.00 WIB) Ibu mengatakan susah tidur karena pusing. Aktivitas - Ibu mengatakan bekerja mulai jam 07.30-13.30 WIB - Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri seperti memasak, mencuci, dll - Ibu mengatakan selama di RS hanya tiduran saja karena pusing Eliminasi - BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning, bau khas - BAK 4-5x/hari, warna kuning jernih, bau khas - BAB belum BAB, - BAK 3-4x/hari, warna kuning jernih, bau khas Personal hygiene Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2x/hari, ganti baju, celana dalam dan kotek tiap kali kotor Ibu hanya diseka, ganti kotek 6 x / hari, 1 pembalut penuh setiap kali ganti. 11. Riwayat Psiko Sosial, Budaya dan Spiritual a. Psiko Ibu mengatakan khawatir dengan menstruasinya yang jumlahnya banyak dan tidak teratur. b. Sosial Hubungan ibu dengan keluarga, tetangga dan petugas kesehatan baik. c. Budaya 1). Ibu dan keluarga tidak ada pantangan makanan. 2). Ibu dan keluarga tidak percaya terhadap hal-hal yang bersifat mistik dan percaya bahwa dengan pengobatan oleh dokter dapat menyembuhkan penyakit. d. Spiritual Ibu menganut agama islam dan menjalankan sholat 5 waktu, dan ibu juga berdoa supaya kondisinya cepat membaik. B. Data Obyektif 1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum : Lemah Kesadaran : Composmentis, Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 88x/menit Suhu : 36,80C RR : 20x/menit TB : 152 cm BB : 48 kg 2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Kepala : Bersih, tidak ada ketombe, penyebaran rambut rata Wajah : Simetris, tidak oedema, tampak pucat Mata : Simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterus Hidung : Bersih, tidak ada scret, Mulut : Simetris, bibir lembab,mulut bersih, lidah bersih, tidak ada caries pada gigi. Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen Leher : Tidak ada bendungan jugularis, maupun kelenjar tyroid. Dada : Tidak ada pernapasan intercosta. Payudara :Simetris, Bersih, puting susu menonjol, ada hyperpigmentasi pada areola mammae. Abdomen :Kulit bersih, tidak ada luka bekas operasi Genetalia : Tampak pengeluaran darahpervaginam warna merah, banyaknya 1 pembalut penuh disertaigumpalan. Anus : Bersih, tidak hemoroid Ekstremitas Ekstremitas atas : simetris, tidak oedema Ekstremitas Bawah : Simetris, tidak oedema, tidak varises. b. Palpasi Kepala : tidak ada benjolan Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Abdomen :blm teraba benjolan, ada nyeri tekan. c. Auskultrasi Dada : tidak ada bunyi Ronchi maupun Whezzing Abdomen : tidak hipertimpani d. Perkusi Reflex patella : Tidak dikaji 3. Pemeriksaan Penunjang Tanggal : 06 Mei 2015 Pukul : 13.50 WIB USG : Myoma uteri sub serosa ± 3 cm, Endometriosis kiri ± 2 cm Tanggal : 06 Mei 2015 Pukul : 16.43 WIB PEMERIKSAAN HASIL NORMAL HEMATOLOGI Darah lengkap - Hemoglobin 6,0 11,4 – 17,7 g/dl - Lekosit 4.500 4.700 – 10.300 /cmm - Hematokrit 22,9 37 – 48 % - Eritrosit 3.350.000 L 4,5 – 5,5 ; P 4-5 jt/ul - Trombosit 287.000 150.000 – 350.000 /cmm - Hitung jenis - - Eosinofil 3 1 – 3 % - - Basofil - - - Batang - 3 – 5 % - - Segmen 70 50 – 65 % - - Limfosit 20 25 – 35 % - - Monosit 7 4 – 10 % Serum iron - Serum iron 51 L 65 – 175, P 50 – 170 ug/dl - Anak 50 – 120 ug/dl - Bayi 40 – 100 ug/dl - Neonatus 100 -250 ug/dl - TIBC 140 250 – 450 ug/dl - IBC latent 89 - - IBC latent 36 L 15-55%, P, 12-45% - -Saturasi iron - C. Analisa Data P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemia. Masalah : Dengan gangguan rasa nyaman pusing dan cemas D. Penatalaksanaan Tanggal : 07 – 05 – 2015 Pukul : 08.10 WIB 1. Melakukan pendekatan pada ibu dengan senyum , salam, sapadan perkenalan diri . Hasil : ibu merespon dengan baik dan kooperatif diajak berbicara. 2. Menjelaskan kepada pasien tentang keadaan pasien bahwa pasien sedang mengalami gangguan menstruasi dan anemia (Kurang darah) Hasil : Pasien memahami dengan kondisinya dengan perdarahan yang abnormal dan Hb saat ini 6 gr/dl, serta perlu transfusi darah. 3. Memberi dorongan moril dan menganjurkan ibu berdoa untuk mengurangi gangguan psikologi ibu. Hasil : Ibu memahami dan kooperatif. 4. Melakukan observasi TTV. Hasil : TD : 120/80 mmHg N : 88 x/mnt S : 36,8o C RR : 20 x/mnt Hasil : Ibu memahami dengan penjelasan nakes 5. Melakukan observasi pengeluaran pervaginam, dengan hasil : Darah yang keluar masih 6 pembalut / hari. 6. Melakukan kolaborasi dengan dr. Sp.Og untuk pemberian terapi dan penangananmenometrorrhagi + anemia, yaitu : - Tranfusi darah PRC sampai dengan Hb > 8 gr/dl. - Asam traneksamat 3 x 500 mgper oral - Feros 3 x 200 mgper oral - USG 7. Membantu pasien dalam melakukan aktivitas Hasil : Pasien mau dibantu petugas 8. Memberikan kondisi lingkungan yang nyaman 9. Memberikan KIE pada pasien - Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup - Menganjurkan padaibu untuk makan-makanan yang bergizi seperti memakan makanan yang banyak mengandung zat besi misal sayur dan Menganjurkan pada ibu untuk minum susu. - Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya dengan mengganti pembalut setiap kali pembalut penuh dan dengan rutin mengganti celana dalam. - Menganjurkan pada ibu untukminum susu. Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal Catatan Perkembangan 06-05-2015 Jam 15.00 WIB S : - Ibu mengatakan pusing. O : - Keadaan umum : lemah - Tanda-tanda Vital : Tensi : 110/80 mmHg Nadi : 86x/menit Suhu : 36,50C RR : 20x/menit - Pemeriksaan fisik Mata : Simetris, sclera tidak ikterus, conjungtiva anemis Vulva : Tampak pengeluaran darah pervaginam berwarna merah, sebanyak 6 pembalut / hari, 1 pembalut penuh setiap kali ganti. A : P10001 usia 45 tahun dengan Menometrorrhagi + Anemis. P : 1. Menjelaskan kepada pasien tentang kondisinya saat ini bahwa kondisinya masih lemah dan membutuhkan tranfusi darah. Pasien memahami kondisinya saat ini dan bersedia untuk diberikan tranfusi darah. 2. Melakukan kolaborasi dengan dr.Sp.Og, yaitu : -Transfusi darah PRC bag ke – 1 tanggal 06–05–2015 pukul 15.30 WIB -Diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein ) 3. Memberikan HE ( Health Education ) tentang : -Mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti mengkonsumsi sayuran dan minum susu. -Menjaga kebersihan dirinya untuk mengganti pambalut setiap kali penuh. -Menganjurkan untuk istirahat yang cukup. CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal Catatan Perkembangan 07-05-2015 Jam 10.30 WIB S : - Ibu mengatakanmasih pusing. O : - Keadaan umum : lemah - Tanda-tanda Vital : Tensi : 120/70 mmHg Nadi : 84x/menit Suhu : 36,60C RR : 18x/menit - Pemeriksaan fisik Mata : Simetris, sclera tidak ikterus, conjungtiva anemis Vulva : Tampak pengeluaran darah pervaginam berwarna merah, sebanyak 5 pembalut / hari, 1 pembalut penuh setiap kali ganti. A : P10001 usia 45 tahun dengan Menometrorrhagi + Anemis. P : 1. Menjelaskan kepada pasien tentang kondisinya saat ini bahwa kondisinya masih lemah dan membutuhkan tranfusi darah. Pasien memahami kondisinya saat ini dan bersedia untuk diberikan tranfusi darah. 2. Melakukan kolaborasi dengan dr.Sp.Og, yaitu : - Transfusi darah PRC bag ke – 2 tanggal 07–05–2015 pukul 11.00 WIB - Diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein ) 3. Memberikan HE ( Health Education ) tentang : -Mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti mengkonsumsi sayuran dan minum susu. -Menjaga kebersihan dirinya untuk mengganti pambalut setiap kali penuh. -Menganjurkan untuk istirahat yang cukup. CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal Catatan Perkembangan 08-05-2015 Jam 08.00 WIB S : - Ibu mengatakan pusing. O : - Keadaan umum : lemah - Tanda-tanda Vital : Tensi : 110/80 mmHg Nadi : 86x/menit Suhu : 36,50C RR : 20x/menit - Pemeriksaan fisik Mata : Simetris, sclera tidak ikterus, conjungtiva anemis Vulva : Tampak pengeluaran darah pervaginam berwarna merah, sebanyak 5 pembalut / hari, 1 pembalut penuh setiap kali ganti. A : P10001 usia 45 tahun dengan Menometrorrhagi + Anemis. P : 1. Menjelaskan kepada pasien tentang kondisinya saat ini bahwa kondisinya masih lemah dan membutuhkan tranfusi darah. Pasien memahami kondisinya saat ini dan bersedia untuk diberikan tranfusi darah. 2. Melakukan kolaborasi dengan dr.Sp.Og, yaitu : - Transfusi darah PRC bag ke – 3 tanggal 08–05–2015 pukul 09.00 WIB - Diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein ) 3. Memberikan HE ( Health Education ) tentang : -Mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti mengkonsumsi sayuran dan minum susu. - Menjaga kebersihan dirinya untuk mengganti pambalut setiap kali penuh. - Menganjurkan untuk istirahat yang cukup. 4. Memberikan KIE pulang dan kontrol ulang 1 minggu lagi di Poli Kandungan. Pasien bersedia kontrol ulang. BAB IV PEMBAHASAN Pada pembahasan ini, akan dibahas tentang kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus pada pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. “K” P10001 usia 45 tahun dengan menometrorrghia + anemia di RSUD Jombang. Pembahasan ini disusun berdasarkan konsep dasar menometrorrghia dan anemia dalam asuhan kebidanan yang kemudian dapat didokumentasikan dalam bentuk SOAP berdasarkan manajemen asuhan kebidanan. Pada data Subyektif diperoleh bahwa dari vagina ibu mengeluarkan darah yang tidak teratur, dengan jumlah banyak dan disertai gumpalan. Pada teori disebutkan pula bahwa penyebab terjadinya menometrorrghia dan anemia salah satunya adalahPerdarahan dari uterus, tuba dan ovarium, (Sarwono Prawirohardjo : 223-225), sehingga pada teori dan kasus ditemukan tidak ada kesenjangan Pada data Obyektif diperoleh hasil USG menunjukkan bahwaNy. “K” P10001 usia 45 tahun denganmyoma uteri sub serosa ± 3 cm, endometriosis kiri ± 2 cm. Pada teori pun disebutkan bahwa salah satu cara untuk mengetahui menometrorrghia dengan dilakukan USG, sehingga dapat disimpulkan pada teori dan kasus tidak ditemukan kesenjangan. Dilihat dari data Subyektif dan data Obyektif yang ada dapat ditentukan Analisa Data bahwa Ny. “K” P10001 usia 45 tahun dengan menometrorrghia + anemia di RSUD Jombang. Didalam teori analisa data dapat ditentukan dengan melihat hasil dari data subyektif dan data obyektif yang menunjukkan menometrorrghia. Pada penatalaksanaan dianjurkan ibu untuk melakukan perawatan di RS dan mendapatkan tranfusi darah . Pada teori Penatalaksanaan menometrorrghia harus dilakukan perawatan di RS dengan mendapat tranfusi darah. Sehingga pada teori dan kasus ditemukan tidak ada kesenjangan. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus pada Ny. “K” P10001 usia 45 tahun dengan menometrorrghia + anemia di RSUD Jombang. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melakukan asuhan kebidanan dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam mengkaji data, diagnosa, dan masalah yang dialami klien, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dari pengkajian tersebut, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus, sehingga tidak ada hal-hal yang perlu dikhawatirkan, karena keadaan ibu baik. Tidak ditemukan kelainan atau penyulit pada keduanya serta tidak ada komplikasi. 5.2 Saran 1. Sebagai institusi sebaiknya menyediakan buku-buku yang lebih banyak tentang KB implant 2. Pada lahan praktek lebih ditingkatkan mutu pelayanannya dan semua tindakan yang dilakukan didokumentasikan. 3. Para mahasiswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik antara petugas kesehatan, pasien sehingga terjalin kepercayaan dalam melakukan tindakan. Sebagai pasien, hendaknya lebih terbuka lagi dalam memberikan informasi dan mengungkapkan keluhan yang dirasakan DAFTAR PUSTAKA Bobak. Loedermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Liewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan. Saifuddin, Ab dul Bari. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP Sastrawinata, Sulaiman. 1990. Ginekologi. Bandung : FK UNPAD.

Senin, 07 April 2014

CARCINOMA MAMMAE




MAKALAH
ASKEB V ( Komunitas )
CARCINOMA MAMMAE






BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker paling tua pada manusia. Penyakit kanker payudara telah dikenali sejak zaman Mesir Kuno ±1600 SM. Para ahli menemukan beberapa kasus yang berhubungan dengan kanker payudara dan cara penanganannya (Anonim, 2011).
Menurut WHO, sekitar 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita.Setiap tahun lebih dari 250000 kasus baru kanker payudara terdiagnosis di Eropa dan kurang dari 175000 di Amerika Serikat (Anonim, 2011).
Menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki peringkat pertama diantara kanker lainnya yang biasa dialami oleh wanita (Anonim, 2011).
Kanker payudara merupakan kanker nomor dua terbanyak yang dialami wanita Indonesia setelah kanker mulut rahim (kanker serviks).Oleh karena itu, memeriksa payudara merupakan hal yang sangat penting (Manuaba, 2009).
Kanker payudara menduduki tempat kedua dari insidens semua tipe kanker di Indonesia, baik menurut penyelidikan Bagian Patologi Universitas Indonesia maupun registrasi yang terbaru dari proyek penelitian registrasi kanker di RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1978. Penelitian tersebut menemukan 2606 kasus kanker.Kanker serviks (633 kasus) yang terbanyak, kanker payudara (385 kasus) yang nomor 2 terbanyak, dan kanker nasofarinks nomor 3 yaitu 282 kasus (Prawirohardjo, 2008).
Umur penderita kanker payudara yang termuda adalah 20-29 tahun, yang tertua 80-89 tahun, dan terbanyak berumur 40-49 tahun, yaitu 130 kasus (Prawirohardjo, 2008).
Secara epidemiologi, orang melihat tendensi penyakit ini familial, artinya seorang wanita dengan ibu penderita kanker payudara mempunyai kemungkinan lebih banyak mendapat kanker payudara daripada wanita-wanita dari ibu yang tidak menderita penyakit tersebut. Wanita yang infertil juga lebih tinggi kemungkinan mendapat kanker payudara  daripada wanita yang fertil (Prawirohardjo, 2008).
Berdasarkan data di atas, maka makalah ini akan membahas mengenai kanker payudara dimulai dari definisi hingga penanganan dan pencegahan kanker payudara.



1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan carcinoma mammae ?
2.      Apa saja etiologi carcinoma mammae ?
3.      Apa saja faktor resiko dari carcinoma mammae ?
4.      Bagaimana patofisiologi carcinoma mammae ?
5.      Bagaimana manifestasi klinis carcinoma mammae ?
6.      Apa saja pemeriksaan penunjang pada carcinoma mammae ?
7.      Bagaimana diagnosis carcinoma mammae ?
8.      Bagaimana klasifikasi TNM carcinoma mammae ?
9.      Bagaimana stadium dari carcinoma mammae ?
10.  Bagaimana Penatalaksanaan carcinoma mammae ?


1.3 Tujuan
1. Mengerti dan memahami tentang pengertian carcinoma mammae
2. Mengerti dan memahami etiologi tentang carcinoma mammae
3. Mengerti dan memahami tentang faktor resiko carcinoma mammae
4. mengerti dan memahami tentang patofisiologi carcinoma mammae
5. mengerti dan memahami tentang manifestasi klinis carcinoma mammae
6. mengerti dan memahami tentang pemeriksaan penunjang pada carcinoma mammae
7. mengerti dan memahami tentang diagnosis carcinoma mammae
8. mengerti dan memahami tentang klasifikasi TNM carcinoma mammae
9. mengerti dan memahami tentang stadium dari carcinoma mammae
10. mengerti dan memahami tentang Penatalaksanaan carcinoma mammae


                                                       BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Carcinoma Mammae
Carcinoma mammae adalahneoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrative dan destruktif, serta dapat bermetastase. Pada stadium awal tidak terdapat keluhan sama sekali, hanya berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat dan keras. ( Ramli, 1994 ).

2.2 Etiologi Carcinoma Mammae
Faktor etiologinya sampai saat ini belum di ketahui pasti,namun dapat dicatat pula bahwa penyebab itu sangat mungkin multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain:
1. Konstitusi genetika
Ini berdasarkan:
a. adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker payudara daripada keluarga lain.
b. adanya distribusi predileksi antar bangsa suku bangsa.
c. pada kembar monozygote terdapat kanker sama.
d. terdapat persamaan lateralitas kanker payudara dekat dari penderita kanker payudara.
e. seorang dengan klinefelter akan mendapat kemungkinan 66 kali pria normal.
2. Pengaruh hormon
Ini berdasarkan:
a. kanker payudara umumnya pada wanita,pada laki-laki kemungkinan ini sangat rendah.
b. pada usia di atas 35 tahun insidensinya jauh lebih tinggi.
c. ternyata pengobatan hormonal banyak yang memberikan hasil pada kanker payudara lanjut.

3. Virogen
Terbukti pada penelitian kera,pada manusia belum terbukti.

4. Makanan
Terutama makanan yang banyak mengandung lemak. Karsinogen:terdapat lebih dari 2000 karsinogen dalam lingkungan hidup kita.

5. Radiasi daerah dada.
Ini sudah lama di ketahui, karena radiasi dapat menyebabkan mutagen.(Ramli, 1994).

Menurut C. J. H Van De Velde, penyebab kanker payudaraAntara lain :
a)      Carsinoma Mammae yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ berpasangan.
b)       Keluarga
Diperkirakan 5% semua kanker adalah predisposisi tartil ini, dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carcinoma mammae.
c)      Kelainan Payudara
Kelainan fibroskitik ( banigna ) terutama pada periode tartil, telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita atau pernah menderita yang politeratif sedikit meningkat.
d)     Makanan atau Berat Badan dan Faktor Lain
Status social yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan yang berlebihan menunjukkan resiko dengan  kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita yang post menopause.
e)      Faktor Endokrin dan Reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun menarche kurang dari 12 tahun.


f)       Obat atau Kontrasepsi Oral
Penggunaan obat anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko tinggi yang lebih besar untuk terkena kanker.

2.3. Faktor Resiko Kanker Payudara
Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan.Akan tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara.Faktor resiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen dominan) dan genetik.

Menurut Rasjidi (2009) penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan karena berdasarkan beberapa faktor resiko di bawah ini dan dapat di golongkan :
Faktor yang berhubungan dengan diet.
Faktor resiko yang dapat di bagi dua, yaitu faktor yang memperberat terjadinya kanker dan yang mengurangi terjadinya kanker. Beberapa faktor yang memperberat seperti :
a)      Peningkatan berat badan yang bermakna pada saatnya pasca menopause
b)      Diet ala barat yang tinggi lemak.
c)      Minuman beralkohol.

Faktor resiko yang mempunyai dampak positif seperti :
a)      Peningkatan konsumsi serat
b)      Peningkatan konsumsi buah dan sayur.

Hormon dan faktor reproduksi
a)      Menarche atau menstruasi pertama pada usia relative muda (kurang dari 12 tahun)
b)      Menopause atau mati haid pada usia relative lebih tua (lebih dari 50 tahun)
c)      Nulipara/belum pernah melahirkan
d)     Infertilitas
e)      Melahirkan anak pertama pada usia relative lebih tua (lebih dari 35 tahun)
f)       Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (lebih kurang 7 tahun)
g)      Tidak menyusui.

2.4Patofisiologi
            Sel – sel carcinoma dibentuk dari sel – sel normal dalam suatu proses runit yang disebut transformasi, yang terdir dari tahap insisi dan promosi :

1)      Fase Iniasiasi
Pada tahap inisiasi terjadi perubahan dalam bahan genetic sel yang memancing sel menjadu ganas. Perubahan dalam bahan genetic sel ini disebabkan oleh suatu gen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi ( penyinaran ), atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memliliki kepekaan yang sama terhadap karsinogen. Kelainan genetic dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel rentan terhadap suatu karsinogen.Bahkan gangguan fisik menahun bisa menjadikan sel lebih peka untuk mengalami keganasan.

2)      Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami tahap inisiasi akan bertambah menjadi ganas. Sel yang belum mengalami tahap inisisasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu, diperlukan beberap factor untuk terjadinya keganasan ( gabungan dari sel yang peka dansuatu karsinogen ).

·         Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu :
1)      Fase Induksi ( 15 – 30 tahun )
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeluis lingkungan mungkin memegang peranan penting dalam terjadinya kanker pada manusia.Kontak dengan karsinogen mungkin membutuhkan waktu bertahn – tahun sampai bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas.Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, lamanya terkena, adanya zat – zat karsinogen atau karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2)      Fase Insitu ( 1 – 5 tahun )
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre – cancereous yang bisa ditemukan di serviks, uteri, rongga mulut, paru – paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.


3)      Fase Invasi
Sel – sel menjadi ganas, berkembangbiak dari menginfiltrasi melalui mebran sel ke jaringan sel sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.Waktu antara fase ke – 3 dan ke – 4 berlangsung antara beberapa minggu sampai beberapa tahun.
4)      Fase Diseminasi ( 1 – 5 tahun )
Bila tumor semakin membesar akan memungkinkan terjadinya penyebaran ke tempat lainnya bertambah
 2.4.1 Pathway Carcinoma Mammae

 2.4 Manifestasi Klinis
            Pasien biasanya datang dengan benjolan / massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, timbul kelainan kulit( dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d’orange ),pembesaran kelenjar getah bening / tanda metastasis jauh. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak.
            Dalam anamnesis juga dinyatakan adanya faktor – faktor resiko pada pasien dan pengaruh siklus haid terhadap keluhan atau perubahan ukuran tumor.Untuk meminimalkan pengaruh hormone estrogen dan progesteron, sebaiknya pemeriksaan dilakukan kurang lebih 1 minggu dihitung dari hari pertama haid. Teknik pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut :

1. Posisi Duduk
Lakukan inspeksi pada pasien dengan posisi tangan jatuh bebas ke samping dan pemeriksaan berdiri di depan dalam posisi lebih kurang sama tinggi. Perhatikan keadaan payudara kiri dan kanan, simetris / tidak ; adakah kelainan papilla, letak dan bentuknya, retraksi puting susu, kelainan kulit berupa peau d’orange, dimpling, ulserasi, atau tanda – tanda radang. Lakukan juga dalam keadaan dua lengan di angkat ke atas untuk melihat apakan ada bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal, dimpling, dan lain – lain.

2. Posisi Berbaring
Sabaiknya dengan punggung diganjal bantal, lakukan palpasi mulai dari kranial setinggi iga ke dua sampai distal setinggi iga ke enam, serta daerah subaerolar dan papilla atau dilakukan secara sentrafugal, terakhir dilakukan penekanan daerah papilla untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. Tetapkan keadaan tumornya, yaitu lokasi tumor berdasarkan kuadrannya ; ukuran konsistensi, batas tegas / tidak ; dan mobilitas terhadap kulit, otot pektoralis, atau dinding dada.

3. Dinding KGB regionan di daerah :
a. Aksila, yang ditentukan kelompok kelenjar :
Ø  Mamaria eksterna di anterior, di bawah tepi otot pektoralis
Ø  Subskapularis di posterior aksila
Ø  Sentral di pusat aksila
Ø  Apical di ujung atas fasia aksilaris
b. Supra dan infraklavikula, serta KGB leher utama.
5. Organ lain yang diperiksa untuk melihat adanya metastasis yaitu hepar, lien, tulang belakang, dan paru. Metastasis jauh dapat bergejalan sebagai berikut :
a)      Otak ; nyeri kepala, mual, muntah, epileppsi, ataksia, paresis, paralisis.
b)      Paru ; efusi, sesak nafas.
c)      Hati ; kadang tanpa gejala, massa icterus obstruksi.
d)     Tulang ; nyeri, patah tulang.

2.5 Pemeriksaan Penunjang
            Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi ( USG ) payudara, mammografi, dan aspirasi jarum halus ( FNAB ) untuk menunjang diagnosis. Untuk menentukan metastasis dapat dilakukan foto toraks, bone survey, USG abdomen / hepar.
            Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi / tumor yang solid dan kistik.Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglandular yang relative lebih sedikit.Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda – tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign ( Stelata ), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya mikrokalsifikasi, adanya spikulae, dan distorsi pada struktur arsitektur payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan areola, adanya bridge of tumor, keadaan daerah tumor dan jaaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mamma, dan adanya metastasis ke kelenjar ( gambaran ini tidak khas ). Pemeriksaan gabungan USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.

2.6. Diagnosis
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang dilakukan dengan :
1. Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya bila tumor < 5 cm.
2. Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat, dilakukan untuk tumor – tumor yang inoperable atau lebih besar dari 5 cm.

2.7 Klasifikasi Tnm Kanker Payudara ( Ajcc 1992 )
Tx        : Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0        : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis       : Kanker in situ,kanker intraduktal atau lobular in situ, penyakit Paget pada papilla                tanpa teraba tumor
T1        : Tumor < 2cm
              T1a tumor < 0,5 cm
              T1b tumor 0,5 – 1 cm
              T1c tumor 1 – 2 cm
T2        : Tumor 2 – 5 cm
T3        : Tumor > 5 cm
T4        : berapa pun ukuran tumor, dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot intercostal, otot seratus anterior.Tidak termasuk otot pektoralis.
              T4a melekat pada dinding dada
              T4b edema, peau d’orange, ulserasi kulit, nodul satelit pada daerah payudara yang           sama.
              T4c T4a dan T4b
              T4d karsinoma inflamatoir = mastitis karsinomatosis
Nx       : Pembesaran kelenjar regional tak dapat ditentuka
N0       : Tidak teraba kelenjar aksila
N1       : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat
N2       : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau     melekat pada jaringan sekitarnya.
N3       : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
Mx       : Metastasis jauh tidak dapat ditentukan
M0       : Tidak ada metastasis jauh
M1       : Terdapat metastasis jauh, termasuk ke kelenjar supraklavikula

2.8 Stadium Kanker Payudara
Stadium I       : tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm, tidak terfiksasi pada kulit atau otot – otot pektoralis, tanpa dugaan metastasis aksila.
Stadium II      : tumor dengan diameter < 2 cm dengan metastasis aksila atatu tumor dengan diameter 2 – 5 cm dengan / tanpa metastasis aksila.
Stadium IIIa  : tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya dengan / tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lain ; atau tumor dengan metastasis aksila yang melekat.
Stadium IIIb  : tumor dengan metastasis infra atau supravikula atau tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding toraks.
Stadium IV    : tumor yang telah mengadakan metastasis jauh.

2.6 Penatalaksanaan
1)      Terapi Kuratif
Untuk kanker payudara stadium 0.I, II, dan III.Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative tomorektomo + diseksi axila.
2)      Pembedahan
Terapi beadah bertujuan kuratif dan paliatif.Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan.Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum.Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi,hormon atau kemoterapi.
3)      Radioterapi
Pengobatan radioterapi adalah untuk pengobatan local / lekoregional yang sifatnya bisa kuratif atau paliatif.Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
4)      Hormon Terapi
Pengobatan hormon terapi untuk pengobatan sistemik untuk meningkatkan survival.Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
5)      Terapi Poliatif dan Pain
Terapi poliatif untuk dapat dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien, untuk tujuan perbaikan kualitas hidup.
6)      Rehabilitasi Fisik dan Psikis
Penderita kanker payudara sebaiknya setalah mendapatkan pengobatan konvensional seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya dilakukan rehabilitasi fisik untuk mencegah timbulnya komplikasi akibat treatment tersebut.
7)      Kemoterapi
Pengobatan kemoterapi adalah pengobatan sistemik yang menggunakan obat – obatan sitostatika melalui aliran sistemik, sebagai terapi utama pada kanker sebelum stadium lanjut ( stadium III B dan IV ) dan sebagai terapi tambahan.Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan).Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan.Salah satu diantaranya adalah Capecitabine, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.



DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran
Ilmu Kandungan Sarwono Praworihardjo, Jakarta : 2012