Musyarofah
(Sie Calon Janazah)
Selasa, 26 Mei 2015
MENOMETRORRHAGI + ANEMIA
ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny “ K ” P10001 USIA 45 TAHUN DENGAN MENOMETRORRHAGI + ANEMIA
DI PAVILIUN MELATI
RSUD JOMBANG
Oleh :
MUSYAROFAH
NIM 02.12.130
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Alhamdulillah, penulis mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan asuhan kebidanan pada Ny.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemia di Paviliun Melati RSUD Jombang dalam membuat asuhan ini, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang penulis miliki.
Pembuatan Asuhan Kebidanan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Kebidanan II dan dengan terselesainya laporan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Yulianto S.Kep.Ners M.M selaku Ketua Stikes Dian Husada Mojokerto.
2. Ibu Riska Aprilia SST,M.Kes selaku Kaprodi DIII Kebidanan Stikes Dian Husada Mojokerto.
3. Ibu Kurnia I, S.ST M.Kes selaku Pembimbing Akademik Stikes Dian Husada Mojokerto.
4. Ibu Dwi Estu Wulyani, Amd.Keb. Selaku pembimbing klinik di RSUD Jombang.
Demikian Asuhan Kebidanan ini kami susun, semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan Asuhan Kebidanan ini.
Jombang ,07Mei 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menometrorhargia adalah perdarahan yang bisa dibedakan antara haid dan bukan haid, perdarahan yang banyak diluar masa haid biasanya tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid dan adapula perdarahan yang terjadi sewaktu haid perdarahan ini menjadi satu. Biasanya jalan satu-satunya untuk penanganan menometrorhargia ini dilakukan kuret oleh dokter spesialis. Dari berbagai macam kasus menometrorhargia ini maka penulis tertarik untuk mengambil kasus pada Ny "K" dengan menometrorhargia + Anemia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemia di RSUD Jombang
1.3 Tujuan Studi Kasus
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk Melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan menometrorrghi melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan 7
langkah varney dan pendokumentasian SOAP di lapangan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemia di RSUD Jombang
agar peneliti mampu:
1. Untuk Mengumpulkan data subjektif pada NyNy.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemia di RSUD Jombang
2. Untuk Melakukan dan mengumpulkan data objektif pada Ny.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemia di
RSUD Jombang
3. Untuk Menentukanan analisa data dengan menegakkan diagnose pada Ny.”K” P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi
+ anemiadi RSUD Jombang
4. Untuk Melakukan pelaksanaan atas rencana manajemen yang telah di rencanakan pada Ny.”K” P10001usia 45 tahun
dengan menometrorrhagi + anemiadi RSUD Jombang
1.4 Manfaat Studi Kasus
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan studi kasus juga berguna untuk memecahkan semua permasalahan yang biasa dijumpai di dunia kesehatan .
1.4.2 Manfaat Psikis
1. Bagi Institusi
Sebagai bahan referensi terhadap penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu dengan menometrorrhagi + anemia
yang bermanfaat, terutama untuk mahasiswa kebidanan.
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur informasi bagi petugas pelayanan
kesehatan mengenai asuhan kebidanan pada ibu menometrorrhagi + anemiauntuk memberikan upaya preventif
pencegahan dan asuhan terhadap pasien dengan menometrorrhagi + anemia
3. Bagi Klien dan keluarga
Agar pasien lebih memahami tentang keadaan nya secara komprehensif pada klien.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penulis lain dapat mengembangkan studi kasus sejenis, dan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai
dasar untuk studi kasus lebih lanjut sehingga bisa bermanfaat untuk kita semua..
1.5 Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penulisan asuhan kebidanan ini, metode studi kasus yang digunakan adalah deskriptif dalam bentuk studi
kasus itu untuk mencari gambaran yang lebih jelas tentang asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien dengan
menometrorrhagi + anemia
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan asuhan kebidanan ini adalah:
1.5.1 Wawancara
Yaitu dengan mewawancarai secara langsung petugas dan keluarga pasien.
1.5.2 Observasi
Yaitu dengan observasi dalam melakukan asuhan kebidanan secara langsung.
1.5.3 Dokumentasi
Mempelajari buku-buku laporan, catatan medis serta hasil pemeriksaan yang ada.
1.6 Tempat dan Waktu
Asuhan kebidanan ini dilakukan di RSUD Jombang yaitu pengkajian nya dilaksanakan pada tanggal 07 Mei 2015
1.7 Sistematika penulisan
Adapun siatematika penulisan yang di gunakan terdiri dari :
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.4.2 Manfaat psikis bagi institusi,praktek,penulis,dan pasien
1.5 Metode teknik pengumpulan data
1.6 Tempat dan waktu
1.7 Sistematika penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 STUDY KASUS
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Menometroragia
2.1.1 Definisi Menometroragia
Perdarahan bukan haid ialah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid (Sarwono Prawirohardjo, 1999 : 223)
Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu ; yang pertama dinamakan metrorhagia yang kedua menometroragia
Menorrhagia adalah haid teratur tetapi jumlah darahnya banyak
Metrorrhagie adalah perdarahan rahim di luar waktu haid.
(Sulaiman Sastrawinata : 31)
Jadi menometrorrhagia adalah perdarahan di luar waktu haid dengan jumlah darah yang banyak.
2.1.2 Sebab-sebab Menometrorrhagi
1. Sebab-sebab Organik
Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada :
a. Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri, karsinoma servisis uteri.
b. Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, abortus sedang berkembang, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma kurporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.
c. Tuba fallopi, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
d. Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.
2. Sebab-sebab Fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menophause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur 40 tahun, dan 3% dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit.
(Sarwono Prawirohardjo : 223-225)
2.1.3 Patologi
Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemorragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Penjelasan ini masih dapat diterima untuk sebagian besar kasus-kasus perdarahan disfungsional.
Akan tetapi, penelitian menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaa dengan berbagai jenis endometrium, yakni endometrium atiofik, hiperplastik, proliferatif dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar. Pembagian endometrium dalam endometrium jenis non sekresi dan endometrium jenis sekresi penting artinya, karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulatoar dari ovulatoar. Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoar gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular, vasamotorik, ata hematologik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovulatoar biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin.
(Sarwono Prawirohardjo, 1999 : 225)
2.1.4 Gambaran Klinik
1. Perdarahan Ovulatoar
Untuk menegakkan diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi maka kadang-kadang bentuk kurve suhu basan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya :
a. Korpus luteum persistens, dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang bersamaa dengan ovarium membesar.
b. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premestual spotting, menoragia atau polimenorea.
c. Apopleksia uteri, pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
d. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.
2. Perdarahan Anovulatoar
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar.
(Sarwono, Prawirohardjo, 1999 : 225-226)
2.1.5 Diagnosis
Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak/sedikit, sakit/tidak), lama perdarahan. Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu).
Pada wanita dalam masa pubertas umumnya tidak perlu dilakukan kerokan guna pembuatan diagnosis. Pada wanita berumur antara 20 dan 40 tahun kemungkinan besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan sebagainya. Disini kerokan diadakan sedikit dapat diketahui benar bahwa tindakan tersebut tidak mengganggu kehamilan yang masih memberi harapan untuk diselamatkan. Pada wanita dalam premenopause dorongan untuk melakukan kerokan ialah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas.
(Sarwono Prawirohardjo, 1999 : 227)
2.1.6 Penanganan
Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi transfusi darah. Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus imkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid, dapat diberikan :
1. Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti.
2. Progesteron, pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium.
(Sarwono Prawirohardjo, 1999 : 227-228)
Pengobatan terhadap kelainan ini pada remaja (gadis) dengan pengaturan hormonal sedangkan untuk wanita menikah (mempunyai anak) dengan memeriksa alat kelamin dan bila perlu dilakukan kuretase dan pemeriksaan patologi untuk memastikannya (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999 : 56)
2.2 Anemia
2.2.1 Definisi Anemia
- Suatu keadaan dimana kadar Hb atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 11 gr/dl dan Hi < 41% pada pria atau < 12 gr/dl dan Ht < 37% pada wanita (Mansjoer, 2005).
- Dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 g/100 ml, baik pria maupun wanita (Sarwono, 2005)
2.2.2 Gejala-Gejala Umum Anemia antara lain :
1. Cepat lelah
2. Takikardi
3. Pucat
4. Pusing
5. Takipnea pada latihan fisik
2.2.3 Patofisiologi
Anemia disebabkan oleh 2 faktor :
1. Penurunan produksi
- Anemia defisiensi :
a. Defisiensi besi
b. Defisiensi vitamin B12
c. Defisiensi asam folat
- Anemia aplatis
2. Peningkatan penghancuran
- Anemia karena perdarahan
- Anemia hemolitik
(Sarwono, 2005)
2.2.4 Etiologi
1. Defisiensi zat besi, vitamin B12 atau asam folat yang dapat menyebabkan anemia megaloblastik
2. Kerusakan sum-sum tulang / ginjal
3. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam satu siklus menstruasi
4. Penghancuran sel darah yang dapat menyebabkan anemia hemolitik
(Sarwono, 2005)
2.2.5 Pembagian Anemia
1. Anemia mikrostik hipokromik
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia penyakit kronik
2. Anemia makrositik
a. Defisiensi vitamin B12
b. Defisiensi asam folat
3. Anemia karena perdarahan
4. Anemia hemolitik (dimana antibodi IgG yang dibentuk diikat dalam membran sel darah merah)
5. Anemia aplastik (ketidaksanggupan sum-sum tulang untuk membentuk sel-sel darah)
(Sarwono, 2005)
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Mengobati perdarhana kronis dengan cara mengobati penyebab perdarahan
2. a. Memberikan kelengkapan zat besi, pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per oral 600-1000 mg / hr seperti sulfas ferrosus/ glukonas ferrosus, secara IM dapat disuntikkan dekstran besi (imferon) atau sorbital besi (jectofer), secara IV dapat diberikan seperti fereum oksidum sakraratum, sodium differat dan dekstran besi (imferon) dengan dosis 1000-2000 mg unsur besi sekaligus
b. Memberikan kelangkaan vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mikrogram /hari baik secara oral maupun parental
c. Memberikan kelangkaan asam folat, diberikan per oral dengan dosis 15-30 mg/hr atau secara parenteral dengan dosis yang sama
3. menghentikan obat-obatan yang dapat menyebabkan anemia, umumnya obat dalam penyakit infeksi seperti, cefotaxim, ampisilin, pinisilin, dll
4. tranfusi darah apabila Hb-nyak kurang dari 6 g/dl dapat disediakan tranfusi darah walaupun tidak lebih dari 1000 ml
(Sarwono, 2005)
2.3 Konsep Asuhan Pada Pasien dengan Menometrorrhagi + Anemia
2.3.2 Pengertian
Asuhan Kebidanan adalah bantuan yang dilakukan oleh bidan kepada individu/klien yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan sistematik melalui proses yang disebut manajement kebidanan (Depkes RI, 1995 : 3).
Adapun penerapan suatu proses manajement kebidanan dalam bentuk praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses manajement kebidanan yang terdiri dari beberapa model alur pikiran yaitu 9 langkah, model Varney 7 langkah, model kompetensi bidan indonesia 5 langkah.
2.3.3 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses Asuhan Kebidanan yaitu mengumpulkan data, mengolah dan menganalisa data yang diperoleh dalam bentuk data subyektif, objektif dan data penunjang yang akan memberikan gambaran keadaan kesehatan klien (Depkes RI, 1995 : 5).
2.3.3.1 Data Subjektif
1. Biodata
- Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari.
- Umur dicatat dalam tahun sebaiknya juga ditanyakan tanggal lahir klien untuk mengetahui pasien mau memasuki masa menophause.
- Alamat perlu dicatat untuk mengetahui hubungan bila ada keadaan mendesak.
- Pekerjaan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kesehatan klien dan juga pembiayaan.
- Agama perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh didalam kehidupan termasuk kesehatan.
- Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
- Status perkawinan ditanyakan pada klien untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan.
2. Keluhan Utama
Adanya keluhan yang dirasakan oleh klien yang menyebabkan adanya gangguan yang perlu ditanyakan pada klien dengan gangguan reproduksi
Bagaimana keadaan ibu : lemah, cukup, baik
Apakah ada keluhan : pusing, perdarahan banyak.
3. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan sehubungan dengan riwayat menstruasi antara lain :
• Menarche umur berapa
• Siklus menstruasi
• Lamanya haid.
• Banyaknya darah yang keluar.
• Warna dan bau darah
• Dismenenorrhoe.
• Fluor albus.
• HPHT
Perlu ditanyakan riwayat haid ibu 3 bulan sebelumnya. Anamnesa haid ini berguna untuk memberikan gambaran tentang faal alat kandungan.
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hal yang perlu ditanyakan yaitu :
• Kehamilan berapa dan dari perkawinan keberapa.
• Ikhtiar kehamilan.
• Riwayat persalinan, anak hidup atau mati, sebab kematian, jenis kelamin, tempat melahirkan atau penolong persalinan, cara melahirkan spontan belakang kepala atau dengan tindakan.
• Masalah atau gangguan yang timbul saat masa nifas dan laktasinya.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Hal yang perlu dikaji apakah klien mempunyai riwayat penyakit keturunan ataupun penyakit menular.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga, orang tua klien, apakah menderita penyakit keturunan.
6. Riwayat Keluarga Berencana
Perlu dicatat bagi ibu yang mengikuti atau pernah KB, hal ini penting untuk diketahui apakah ada pengaruh terhadap penyakit yang diderita ibu.
7. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Perlu disampaikan bagaimana pemenuhan nutrisi selama ini sudah sesuai kebutuhan.
b. Pola eliminasi
Bagaimana pola BABnya, konstipasi merupakan salah satu masalah yang berhubungan dengan perencanaan dan pola BAK.
c. Pola istirahat
Waktu istirahat ± 5 jam.
d. Personal hygiene
Kebersihan tubuh merupakan salah satu pokok-pokok yang perlu diperhatikan dalam hygiene.
8. Latar belakang sosial budaya
Data ini diperlukan untuk mengetahui kebiasaan keluarga dalam kehidupan sehari-hari
9. Psikososial dan Spiritual (dukungan keluarga)
Bagaimana hubungan dengan keluarga, keadaan ibu yang menderita sakit lebih sensitif, kehidupan yang harmonis serta menyenangkan sangat dibutuhkan
2.3.3.2 Data Obyektif
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum
2. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah
Normalnya adalah tekanan darah dimana sistol < 130 dan sistole < 85 (STIK Jakarta, 2000)
- Nadi
Nadi yang normalnya sekitar 80x/menit. Bila nadi lebih dari 120x/menit maka hal ini menunjukkan adanya kelainan.
- Pernafasan
Normalnya 16-24 kali/menit. Bila lebih dari 24x/meni menandakan adanya tachipneu (Robert P, 1996 : 76).
Sesak napas ditandai frekuensi pernafasan yang meningkat dan kesulitan bernafas, serta rasa lelah, bila hal ini terjadi setelah melakukan kerja fisik (berjalan, tugas sehari-hari) maka kemungkinan terhadap penyakit jantung.
- Suhu
Normalnya 900F – 99,60F (36,10C – 37,60C).
(Doengoes, 2001 : 41)
3. Tinggi badan, berat badan dan postur tubuh
4. Kepala
- Rambut
Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok atau tidak, rambut mudah dicatat menandakan kurang gizi atau kelainan tertentu
- Muka
- Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal, warna merah muda, bila pucat menandakan anemia, sklera mata normal, berwarna putih, bila kuning menandakan mungkin infeksi hepatitis. Bila merah kemungkinan ada konjungtivitis.
- Hidung
Normal, tidak ada polip, kelainan.
- Telinga
Bagaimana kebersihannya.
- Gigi
- Leher
Normal tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.
- Abdomen, genetalia, ekstremitas
5. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam disini secara umum untuk dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks dan panggul, jumlah perdarahan untuk menegakkan adanya diagnosa.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah lengkap, termasuk skrining koagulasi jika diindikasikan kemungkinan test fungsi thyphoid. Tes-tes ini mungkin sudah cukup untuk menegakkan diagnosa tetapi jika berusia 35 tahun keatas lazim dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Tes tambahan tersebut adalah :
- Pengambilan sample/biopsi endometrium.
- Histerektomi.
- USG transvaginal.
- Kuretase diagnostik
(Lewellyn Jones Derek, 2001 : 209)
2.3.4 Identifikasi Diagnosa/Masalah
Diagnosa Kebidanan adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan oleh seorang bidan sesuai dengan teori dan masalah yang sering terjadi pada ibu dengan gangguan haid.
Diagnosa : Menorrhagia, menometrorrhagia, dismenenorrhoe, amenorrhoe.
DS : - Ibu mengatakan menstruasi tidak berhenti-henti sejak ± 2 bulan
- Perut terasa mules
- Lewat vagina mengeluarkan darah disertai gumpalan-gumpalan.
DO : - Inspeksi
Dari vagina mengeluarkan darah disertai gumpalan-gumpalan
Masalah
Masalah yang biasa dialami ibu :
1. Anemia sehubungan dengan perdarahan.
2. Rasa nyaman (nyeri/perut mulas).
2.3.5 Identifikasi Masalah Potensial
Masalah potensial yang biasa terjadi adalah potensial terjadinya anemia.
Antisipasinya jika perlu :
- Transfusi jika perlu :
• Berikan packed cells.
• Jika darah tidak dapat disentrifagasi gantung kantung darah beberapa waktu sehingga sel darah merah mengendap. Berikan sel darah merahnya saja, serum ditinggalkan.
• Beri furacemid 40 mg IV untuk setiap unit packed cells.
(Saifuddin Abdul Bari, 2002 : M 150)
2.3.6 Identifikasi Kebutuhan Segera dan Tindakan Segera
Pada tahap ini dilakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapie.
2.3.7 Menyusun Rencana Asuhan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa. Rencana yang dilakukan :
1. Lakukan pendekatan therapeutik
R/ Hubungan baik antara petugas kesehatan dan klien memungkinkan klien lebih kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.
2. Jelaskan pada pasien penyebab penyakitnya
R/ Memberi pengetahuan tentang penyebab gangguan haidnya.
3. Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan
R/ Penjelasan tentang tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan rasa percaya diri klien pada petugas sehingga klien lebih kooperatif dalam pelaksanaan tindakan.
4. Observasi TTV
R/
Deteksi dini adanya komplikasi.
5. Kolaborasi dengan dokter
R/ Melaksanakan fungsi independent bidan.
2.3.8 Melaksanakan Rencana Asuhan
Pada langkah ini melaksanakan rencana/intervensi, asuhan yang telah dibuat.
2.3.9 Evaluasi
Mengevaluasi dari tindakan asuhan yang telah diberikan petugas kesehatan.
(Depkes RI, 2000)
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 07-05-2015Pukul :11.00 WIB
Tanggl MRS : 06-05-2015 Pukul : 12.54 WIB
Ruang : Pav. Melati
RM : 03 64 58
A. Data Subyektif
1. Identitas Biodata
Nama pasien : Ny. “K”
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SI
Pekerjaan : PNS
Alamat : Diwek-Jombang
Nama suami : Tn.”M”
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SI
Pekerjaan : PNS
Alamat : Diwek-Jombang
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa pusing.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan pada tanggal 06 Mei 2015 datang ke Puskesmas Cukir mengeluh pusing, karena jumlah darah menstruasi banyak ± ganti pembalut 5 – 6 kali dalam sehari ini, ibu mengalami mentruasi sejak 1 bulan yang lalu sedikit-sedikit tidak teratur. Di Puskesmas Cukir dilakukan pemeriksaan Hb dengan hasil 6,2gr/dl.Ibu mendapat anjuran rujukan dari Puskesmas Cukir lalu ibu dikirim ke Poli Kandungan RSUD Jombang. Di Poli Kandungan dilakukan cek Hb ulang dan didapatkan hasil baahwa kadar Hb 6,2 gr/dl. Kemudian dari Poli Kandungan ibu dikirim ke Paviliun Melati RSUD Jombang, untuk dilakukan perawatan lebih lanjut.
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit tumor dan tidak pernah mengalami meanstruasi dalam jumlah darah yang banyak dan berlangsung lebih dari 7 – 8 hari.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti kencing manis, serta tidak mempunyai penyakit menahun seperti jantung.
6. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : tidak teratur
Lamanya :7 – 8 hari
Banyaknya : 6 pembalut / hari, 1 pembalut penuh setiap kali ganti.
Dismenorrhea : ( + )
Fluor albus : ( - )
HPHT : 25 - 04 – 2015
7. Riwayat perkawinan
Umur pertama nikah : 26 tahun
Lama menikah : 19 tahun
Berapa kali menikah : 1 kali
Jumlah anak : 1
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Hamil ke Kawin ke Ikhtisar kehamilan Riwayat Persalinan Hidup Umur Jenis kelamn Nifas
Aterm P I A
I I Hamil 9 bulan Lahir spontan, ditolong oleh bidan di BPS tanggal
06-03-1998 - - - 17 thn Laki2 Baik, tidak perdarahan, neteki sampai bayi usia 2 tahun
.
9. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan setelah kelahiran ibu memakai KB pil selama 4 tahun terahir tahun 2002, dan sampai sekarang ibu tidak memakai KB.
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola Di Rumah Di Rumah Sakit
Nutrisi Ibu makan 3x sehari dengan porsi sedang ( nasi, sayur, lauk pauk ). Minum air putih
± 6-7 gelas/hari Ibu makan 3x sehari dengan porsi dr rumah sakit (nasi, sayur, lauk pauk ditambah buah ). Nasi habis Separuh.Minum air putih ± 6-7 gelas/hari
Istirahat Tidur malam ± 7 jam
(± jam 22.00-05.00 WIB)
Tidur siang ± 1 jam
(± jam 14.00-15.00 WIB) Ibu mengatakan susah tidur
karena pusing.
Aktivitas - Ibu mengatakan bekerja mulai jam 07.30-13.30 WIB
- Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri seperti memasak, mencuci, dll
- Ibu mengatakan selama di RS hanya tiduran saja karena pusing
Eliminasi - BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning, bau khas
- BAK 4-5x/hari, warna kuning jernih, bau khas
- BAB belum BAB,
- BAK 3-4x/hari, warna kuning jernih, bau khas
Personal hygiene Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2x/hari, ganti baju, celana dalam dan kotek tiap kali kotor Ibu hanya diseka, ganti kotek 6 x / hari, 1 pembalut penuh setiap kali ganti.
11. Riwayat Psiko Sosial, Budaya dan Spiritual
a. Psiko
Ibu mengatakan khawatir dengan menstruasinya yang jumlahnya banyak dan tidak teratur.
b. Sosial
Hubungan ibu dengan keluarga, tetangga dan petugas kesehatan baik.
c. Budaya
1). Ibu dan keluarga tidak ada pantangan makanan.
2). Ibu dan keluarga tidak percaya terhadap hal-hal yang bersifat mistik dan percaya bahwa dengan pengobatan oleh dokter dapat menyembuhkan penyakit.
d. Spiritual
Ibu menganut agama islam dan menjalankan sholat 5 waktu, dan ibu juga berdoa supaya kondisinya cepat membaik.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis,
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,80C
RR : 20x/menit
TB : 152 cm
BB : 48 kg
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bersih, tidak ada ketombe, penyebaran
rambut rata
Wajah : Simetris, tidak oedema, tampak pucat
Mata : Simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera
tidak ikterus
Hidung : Bersih, tidak ada scret,
Mulut : Simetris, bibir lembab,mulut bersih, lidah
bersih, tidak ada caries pada gigi.
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada bendungan jugularis, maupun
kelenjar tyroid.
Dada : Tidak ada pernapasan intercosta.
Payudara :Simetris, Bersih, puting susu menonjol,
ada hyperpigmentasi pada areola mammae.
Abdomen :Kulit bersih, tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : Tampak pengeluaran darahpervaginam
warna merah, banyaknya 1 pembalut penuh
disertaigumpalan.
Anus : Bersih, tidak hemoroid
Ekstremitas
Ekstremitas atas : simetris, tidak oedema
Ekstremitas Bawah : Simetris, tidak oedema, tidak varises.
b. Palpasi
Kepala : tidak ada benjolan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Abdomen :blm teraba benjolan, ada nyeri tekan.
c. Auskultrasi
Dada : tidak ada bunyi Ronchi maupun Whezzing
Abdomen : tidak hipertimpani
d. Perkusi
Reflex patella : Tidak dikaji
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 06 Mei 2015
Pukul : 13.50 WIB
USG : Myoma uteri sub serosa ± 3 cm, Endometriosis kiri
± 2 cm
Tanggal : 06 Mei 2015
Pukul : 16.43 WIB
PEMERIKSAAN
HASIL NORMAL
HEMATOLOGI
Darah lengkap
- Hemoglobin 6,0 11,4 – 17,7 g/dl
- Lekosit 4.500 4.700 – 10.300 /cmm
- Hematokrit 22,9 37 – 48 %
- Eritrosit 3.350.000 L 4,5 – 5,5 ; P 4-5 jt/ul
- Trombosit 287.000 150.000 – 350.000 /cmm
- Hitung jenis
- - Eosinofil 3 1 – 3 %
- - Basofil -
- - Batang - 3 – 5 %
- - Segmen 70 50 – 65 %
- - Limfosit 20 25 – 35 %
- - Monosit 7 4 – 10 %
Serum iron
- Serum iron 51 L 65 – 175, P 50 – 170 ug/dl
- Anak 50 – 120 ug/dl
- Bayi 40 – 100 ug/dl
- Neonatus 100 -250 ug/dl
- TIBC 140 250 – 450 ug/dl
- IBC latent 89
- - IBC latent 36 L 15-55%, P, 12-45%
- -Saturasi iron -
C. Analisa Data
P10001usia 45 tahun dengan menometrorrhagi + anemia.
Masalah : Dengan gangguan rasa nyaman pusing dan cemas
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 07 – 05 – 2015
Pukul : 08.10 WIB
1. Melakukan pendekatan pada ibu dengan senyum , salam, sapadan perkenalan diri .
Hasil : ibu merespon dengan baik dan kooperatif diajak berbicara.
2. Menjelaskan kepada pasien tentang keadaan pasien bahwa pasien sedang mengalami gangguan menstruasi dan anemia (Kurang darah)
Hasil : Pasien memahami dengan kondisinya dengan perdarahan yang abnormal dan Hb saat ini 6 gr/dl, serta perlu transfusi darah.
3. Memberi dorongan moril dan menganjurkan ibu berdoa untuk mengurangi gangguan psikologi ibu.
Hasil : Ibu memahami dan kooperatif.
4. Melakukan observasi TTV.
Hasil :
TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,8o C
RR : 20 x/mnt
Hasil : Ibu memahami dengan penjelasan nakes
5. Melakukan observasi pengeluaran pervaginam, dengan hasil :
Darah yang keluar masih 6 pembalut / hari.
6. Melakukan kolaborasi dengan dr. Sp.Og untuk pemberian terapi dan penangananmenometrorrhagi + anemia, yaitu :
- Tranfusi darah PRC sampai dengan Hb > 8 gr/dl.
- Asam traneksamat 3 x 500 mgper oral
- Feros 3 x 200 mgper oral
- USG
7. Membantu pasien dalam melakukan aktivitas
Hasil : Pasien mau dibantu petugas
8. Memberikan kondisi lingkungan yang nyaman
9. Memberikan KIE pada pasien
- Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup
- Menganjurkan padaibu untuk makan-makanan yang bergizi seperti memakan makanan yang banyak mengandung zat besi misal sayur dan Menganjurkan pada ibu untuk minum susu.
- Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya dengan mengganti pembalut setiap kali pembalut penuh dan dengan rutin mengganti celana dalam.
- Menganjurkan pada ibu untukminum susu.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Catatan Perkembangan
06-05-2015
Jam
15.00 WIB S : - Ibu mengatakan pusing.
O : - Keadaan umum : lemah
- Tanda-tanda Vital :
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,50C
RR : 20x/menit
- Pemeriksaan fisik
Mata : Simetris, sclera tidak ikterus, conjungtiva anemis
Vulva : Tampak pengeluaran darah pervaginam berwarna merah, sebanyak 6 pembalut / hari, 1 pembalut penuh setiap kali ganti.
A : P10001 usia 45 tahun dengan Menometrorrhagi + Anemis.
P : 1. Menjelaskan kepada pasien tentang kondisinya saat ini bahwa kondisinya masih lemah dan membutuhkan tranfusi darah. Pasien memahami kondisinya saat ini dan bersedia untuk diberikan tranfusi darah.
2. Melakukan kolaborasi dengan dr.Sp.Og, yaitu :
-Transfusi darah PRC bag ke – 1 tanggal 06–05–2015
pukul 15.30 WIB
-Diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein )
3. Memberikan HE ( Health Education ) tentang :
-Mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti
mengkonsumsi sayuran dan minum susu.
-Menjaga kebersihan dirinya untuk mengganti pambalut
setiap kali penuh.
-Menganjurkan untuk istirahat yang cukup.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Catatan Perkembangan
07-05-2015
Jam
10.30 WIB S : - Ibu mengatakanmasih pusing.
O : - Keadaan umum : lemah
- Tanda-tanda Vital :
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,60C
RR : 18x/menit
- Pemeriksaan fisik
Mata : Simetris, sclera tidak ikterus, conjungtiva anemis
Vulva : Tampak pengeluaran darah pervaginam berwarna merah, sebanyak 5 pembalut / hari, 1 pembalut penuh setiap kali ganti.
A : P10001 usia 45 tahun dengan Menometrorrhagi + Anemis.
P : 1. Menjelaskan kepada pasien tentang kondisinya saat ini bahwa kondisinya masih lemah dan membutuhkan tranfusi darah. Pasien memahami kondisinya saat ini dan bersedia untuk diberikan tranfusi darah.
2. Melakukan kolaborasi dengan dr.Sp.Og, yaitu :
- Transfusi darah PRC bag ke – 2 tanggal 07–05–2015
pukul 11.00 WIB
- Diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein )
3. Memberikan HE ( Health Education ) tentang :
-Mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti
mengkonsumsi sayuran dan minum susu.
-Menjaga kebersihan dirinya untuk mengganti pambalut
setiap kali penuh.
-Menganjurkan untuk istirahat yang cukup.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Catatan Perkembangan
08-05-2015
Jam
08.00 WIB S : - Ibu mengatakan pusing.
O : - Keadaan umum : lemah
- Tanda-tanda Vital :
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,50C
RR : 20x/menit
- Pemeriksaan fisik
Mata : Simetris, sclera tidak ikterus, conjungtiva anemis
Vulva : Tampak pengeluaran darah pervaginam berwarna merah, sebanyak 5 pembalut / hari, 1 pembalut penuh setiap kali ganti.
A : P10001 usia 45 tahun dengan Menometrorrhagi + Anemis.
P : 1. Menjelaskan kepada pasien tentang kondisinya saat ini bahwa kondisinya masih lemah dan membutuhkan tranfusi darah. Pasien memahami kondisinya saat ini dan bersedia untuk diberikan tranfusi darah.
2. Melakukan kolaborasi dengan dr.Sp.Og, yaitu :
- Transfusi darah PRC bag ke – 3 tanggal 08–05–2015
pukul 09.00 WIB
- Diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein )
3. Memberikan HE ( Health Education ) tentang :
-Mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti
mengkonsumsi sayuran dan minum susu.
- Menjaga kebersihan dirinya untuk mengganti pambalut
setiap kali penuh.
- Menganjurkan untuk istirahat yang cukup.
4. Memberikan KIE pulang dan kontrol ulang 1 minggu lagi
di Poli Kandungan.
Pasien bersedia kontrol ulang.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, akan dibahas tentang kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus pada pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. “K” P10001 usia 45 tahun dengan menometrorrghia + anemia di RSUD Jombang.
Pembahasan ini disusun berdasarkan konsep dasar menometrorrghia dan anemia dalam asuhan kebidanan yang kemudian dapat didokumentasikan dalam bentuk SOAP berdasarkan manajemen asuhan kebidanan.
Pada data Subyektif diperoleh bahwa dari vagina ibu mengeluarkan darah yang tidak teratur, dengan jumlah banyak dan disertai gumpalan. Pada teori disebutkan pula bahwa penyebab terjadinya menometrorrghia dan anemia salah satunya adalahPerdarahan dari uterus, tuba dan ovarium, (Sarwono Prawirohardjo : 223-225), sehingga pada teori dan kasus ditemukan tidak ada kesenjangan
Pada data Obyektif diperoleh hasil USG menunjukkan bahwaNy. “K” P10001 usia 45 tahun denganmyoma uteri sub serosa ± 3 cm, endometriosis kiri ± 2 cm. Pada teori pun disebutkan bahwa salah satu cara untuk mengetahui menometrorrghia dengan dilakukan USG, sehingga dapat disimpulkan pada teori dan kasus tidak ditemukan kesenjangan.
Dilihat dari data Subyektif dan data Obyektif yang ada dapat ditentukan Analisa Data bahwa Ny. “K” P10001 usia 45 tahun dengan menometrorrghia + anemia di RSUD Jombang. Didalam teori analisa data dapat ditentukan dengan melihat hasil dari data subyektif dan data obyektif yang menunjukkan menometrorrghia.
Pada penatalaksanaan dianjurkan ibu untuk melakukan perawatan di RS dan mendapatkan tranfusi darah . Pada teori Penatalaksanaan menometrorrghia harus dilakukan perawatan di RS dengan mendapat tranfusi darah. Sehingga pada teori dan kasus ditemukan tidak ada kesenjangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus pada Ny. “K” P10001 usia 45 tahun dengan menometrorrghia + anemia di RSUD Jombang. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melakukan asuhan kebidanan dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam mengkaji data, diagnosa, dan masalah yang dialami klien, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dari pengkajian tersebut, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus, sehingga tidak ada hal-hal yang perlu dikhawatirkan, karena keadaan ibu baik. Tidak ditemukan kelainan atau penyulit pada keduanya serta tidak ada komplikasi.
5.2 Saran
1. Sebagai institusi sebaiknya menyediakan buku-buku yang lebih banyak tentang KB implant
2. Pada lahan praktek lebih ditingkatkan mutu pelayanannya dan semua tindakan yang dilakukan didokumentasikan.
3. Para mahasiswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik antara petugas kesehatan, pasien sehingga terjalin kepercayaan dalam melakukan tindakan.
Sebagai pasien, hendaknya lebih terbuka lagi dalam memberikan informasi dan mengungkapkan keluhan yang dirasakan
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. Loedermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Liewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan.
Saifuddin, Ab
dul Bari. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP
Sastrawinata, Sulaiman. 1990. Ginekologi. Bandung : FK UNPAD.
Senin, 07 April 2014
CARCINOMA MAMMAE
MAKALAH
ASKEB V ( Komunitas )
ASKEB V ( Komunitas )
CARCINOMA MAMMAE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kanker payudara merupakan salah satu
penyakit kanker paling tua pada manusia. Penyakit kanker payudara telah
dikenali sejak zaman Mesir Kuno ±1600 SM. Para ahli menemukan beberapa kasus
yang berhubungan dengan kanker payudara dan cara penanganannya (Anonim, 2011).
Menurut WHO, sekitar 8-9% wanita
akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis
kanker yang paling banyak ditemui pada wanita.Setiap tahun lebih dari 250000
kasus baru kanker payudara terdiagnosis di Eropa dan kurang dari 175000 di
Amerika Serikat (Anonim, 2011).
Menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan
1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700000 meninggal
karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang
terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki
peringkat pertama diantara kanker lainnya yang biasa dialami oleh wanita
(Anonim, 2011).
Kanker payudara merupakan kanker
nomor dua terbanyak yang dialami wanita Indonesia setelah kanker mulut rahim
(kanker serviks).Oleh karena itu, memeriksa payudara merupakan hal yang sangat
penting (Manuaba, 2009).
Kanker payudara menduduki tempat
kedua dari insidens semua tipe kanker di Indonesia, baik menurut penyelidikan
Bagian Patologi Universitas Indonesia maupun registrasi yang terbaru dari
proyek penelitian registrasi kanker di RS Cipto Mangunkusumo pada tahun
1975-1978. Penelitian tersebut menemukan 2606 kasus kanker.Kanker serviks (633
kasus) yang terbanyak, kanker payudara (385 kasus) yang nomor 2 terbanyak, dan
kanker nasofarinks nomor 3 yaitu 282 kasus (Prawirohardjo, 2008).
Umur penderita kanker payudara yang
termuda adalah 20-29 tahun, yang tertua 80-89 tahun, dan terbanyak berumur
40-49 tahun, yaitu 130 kasus (Prawirohardjo, 2008).
Secara epidemiologi, orang melihat
tendensi penyakit ini familial, artinya seorang wanita dengan ibu penderita
kanker payudara mempunyai kemungkinan lebih banyak mendapat kanker payudara
daripada wanita-wanita dari ibu yang tidak menderita penyakit tersebut. Wanita
yang infertil juga lebih tinggi kemungkinan mendapat kanker payudara daripada wanita yang fertil (Prawirohardjo,
2008).
Berdasarkan data di atas, maka
makalah ini akan membahas mengenai kanker payudara dimulai dari definisi hingga
penanganan dan pencegahan kanker payudara.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan carcinoma mammae ?
2. Apa
saja etiologi carcinoma mammae ?
3. Apa
saja faktor resiko dari carcinoma mammae ?
4. Bagaimana
patofisiologi carcinoma mammae ?
5. Bagaimana
manifestasi klinis carcinoma mammae ?
6. Apa
saja pemeriksaan penunjang pada carcinoma mammae ?
7. Bagaimana
diagnosis carcinoma mammae ?
8. Bagaimana
klasifikasi TNM carcinoma mammae ?
9. Bagaimana
stadium dari carcinoma mammae ?
10. Bagaimana
Penatalaksanaan carcinoma mammae ?
1.3
Tujuan
1. Mengerti dan memahami tentang
pengertian carcinoma mammae
2. Mengerti dan memahami etiologi
tentang carcinoma mammae
3. Mengerti dan memahami tentang faktor
resiko carcinoma mammae
4. mengerti dan memahami tentang
patofisiologi carcinoma mammae
5. mengerti dan memahami tentang
manifestasi klinis carcinoma mammae
6. mengerti dan memahami tentang
pemeriksaan penunjang pada carcinoma mammae
7. mengerti dan memahami tentang
diagnosis carcinoma mammae
8. mengerti dan memahami tentang
klasifikasi TNM carcinoma mammae
9. mengerti dan memahami tentang stadium
dari carcinoma mammae
10. mengerti dan memahami tentang
Penatalaksanaan carcinoma mammae
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Carcinoma Mammae
Carcinoma mammae
adalahneoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak
memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrative dan destruktif, serta dapat
bermetastase. Pada stadium awal tidak terdapat keluhan sama sekali, hanya
berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur,
batas tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat dan keras. (
Ramli, 1994 ).
2.2
Etiologi Carcinoma Mammae
Faktor etiologinya
sampai saat ini belum di ketahui pasti,namun dapat dicatat pula bahwa penyebab
itu sangat mungkin multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain,
antara lain:
1. Konstitusi genetika
Ini berdasarkan:
a. adanya kecenderungan
pada keluarga tertentu lebih banyak kanker payudara daripada keluarga lain.
b. adanya distribusi
predileksi antar bangsa suku bangsa.
c. pada kembar monozygote
terdapat kanker sama.
d. terdapat persamaan
lateralitas kanker payudara dekat dari penderita kanker payudara.
e. seorang dengan
klinefelter akan mendapat kemungkinan 66 kali pria normal.
2. Pengaruh hormon
Ini berdasarkan:
a. kanker payudara umumnya pada
wanita,pada laki-laki kemungkinan ini sangat rendah.
b. pada usia di atas 35 tahun insidensinya jauh lebih
tinggi.
c. ternyata pengobatan
hormonal banyak yang memberikan hasil pada kanker payudara lanjut.
3. Virogen
Terbukti pada penelitian kera,pada manusia belum
terbukti.
4. Makanan
Terutama makanan yang banyak
mengandung lemak. Karsinogen:terdapat lebih dari 2000 karsinogen dalam
lingkungan hidup kita.
5. Radiasi daerah dada.
Ini sudah lama di ketahui, karena radiasi dapat
menyebabkan mutagen.(Ramli, 1994).
Menurut C. J. H Van De
Velde, penyebab kanker payudaraAntara lain :
a) Carsinoma
Mammae yang terdahulu
Terjadi
malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ berpasangan.
b) Keluarga
Diperkirakan 5% semua
kanker adalah predisposisi tartil ini, dikuatkan bila 3 anggota keluarga
terkena carcinoma mammae.
c) Kelainan
Payudara
Kelainan
fibroskitik ( banigna ) terutama pada periode tartil, telah ditunjukkan bahwa
wanita yang menderita atau pernah menderita yang politeratif sedikit meningkat.
d) Makanan
atau Berat Badan dan Faktor Lain
Status social
yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan yang
berlebihan menunjukkan resiko dengan
kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita
yang post menopause.
e) Faktor
Endokrin dan Reproduksi
Graviditas matur
kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun menarche kurang dari 12
tahun.
f) Obat
atau Kontrasepsi Oral
Penggunaan obat
anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko tinggi yang
lebih besar untuk terkena kanker.
2.3. Faktor Resiko Kanker Payudara
Tidak
seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan
penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan.Akan
tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang
berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker
payudara.Faktor resiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen
dominan) dan genetik.
Menurut
Rasjidi (2009) penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan karena berdasarkan
beberapa faktor resiko di bawah ini dan dapat di golongkan :
Faktor
yang berhubungan dengan diet.
Faktor
resiko yang dapat di bagi dua, yaitu faktor yang memperberat terjadinya kanker
dan yang mengurangi terjadinya kanker. Beberapa faktor yang memperberat seperti
:
a) Peningkatan berat badan yang bermakna pada saatnya pasca menopause
b) Diet ala barat yang tinggi lemak.
c)
Minuman beralkohol.
Faktor
resiko yang mempunyai dampak positif seperti :
a) Peningkatan konsumsi serat
b)
Peningkatan konsumsi buah dan
sayur.
Hormon dan faktor
reproduksi
a)
Menarche
atau menstruasi pertama pada usia relative muda (kurang dari 12 tahun)
b)
Menopause
atau mati haid pada usia relative lebih tua (lebih dari 50 tahun)
c)
Nulipara/belum
pernah melahirkan
d) Infertilitas
e)
Melahirkan
anak pertama pada usia relative lebih tua (lebih dari 35 tahun)
f)
Pemakaian
kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (lebih kurang 7 tahun)
g)
Tidak
menyusui.
2.4Patofisiologi
Sel – sel carcinoma dibentuk dari sel – sel normal dalam
suatu proses runit yang disebut transformasi, yang terdir dari tahap insisi dan
promosi :
1) Fase
Iniasiasi
Pada tahap inisiasi
terjadi perubahan dalam bahan genetic sel yang memancing sel menjadu ganas.
Perubahan dalam bahan genetic sel ini disebabkan oleh suatu gen yang disebut
karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi ( penyinaran ), atau
sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memliliki kepekaan yang sama terhadap
karsinogen. Kelainan genetic dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promotor, menyebabkan sel rentan terhadap suatu karsinogen.Bahkan gangguan
fisik menahun bisa menjadikan sel lebih peka untuk mengalami keganasan.
2) Fase
Promosi
Pada tahap promosi,
suatu sel yang telah mengalami tahap inisiasi akan bertambah menjadi ganas. Sel
yang belum mengalami tahap inisisasi tidak akan terpengaruh oleh promosi.
Karena itu, diperlukan beberap factor untuk terjadinya keganasan ( gabungan
dari sel yang peka dansuatu karsinogen ).
·
Proses jangka panjang
terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu :
1) Fase
Induksi ( 15 – 30 tahun )
Sampai saat ini
belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeluis lingkungan mungkin
memegang peranan penting dalam terjadinya kanker pada manusia.Kontak dengan
karsinogen mungkin membutuhkan waktu bertahn – tahun sampai bisa merubah
jaringan displasi menjadi tumor ganas.Hal ini tergantung dari sifat, jumlah,
dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, lamanya terkena, adanya zat – zat
karsinogen atau karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2) Fase
Insitu ( 1 – 5 tahun )
Pada fase ini
perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre – cancereous yang bisa
ditemukan di serviks, uteri, rongga mulut, paru – paru, saluran cerna, kandung
kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3) Fase
Invasi
Sel – sel
menjadi ganas, berkembangbiak dari menginfiltrasi melalui mebran sel ke
jaringan sel sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.Waktu antara fase ke – 3
dan ke – 4 berlangsung antara beberapa minggu sampai beberapa tahun.
4) Fase
Diseminasi ( 1 – 5 tahun )
Bila tumor
semakin membesar akan memungkinkan terjadinya penyebaran ke tempat lainnya
bertambah
2.4.1
Pathway Carcinoma Mammae
2.4 Manifestasi Klinis
Pasien biasanya datang dengan benjolan / massa di
payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, timbul kelainan kulit(
dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d’orange ),pembesaran kelenjar getah bening
/ tanda metastasis jauh. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas
sebelum dibuktikan tidak.
Dalam anamnesis juga dinyatakan adanya faktor – faktor
resiko pada pasien dan pengaruh siklus haid terhadap keluhan atau perubahan
ukuran tumor.Untuk meminimalkan pengaruh hormone estrogen dan progesteron,
sebaiknya pemeriksaan dilakukan kurang lebih 1 minggu dihitung dari hari
pertama haid. Teknik pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut :
1. Posisi Duduk
Lakukan inspeksi pada
pasien dengan posisi tangan jatuh bebas ke samping dan pemeriksaan berdiri di
depan dalam posisi lebih kurang sama tinggi. Perhatikan keadaan payudara kiri
dan kanan, simetris / tidak ; adakah kelainan papilla, letak dan bentuknya,
retraksi puting susu, kelainan kulit berupa peau d’orange, dimpling, ulserasi,
atau tanda – tanda radang. Lakukan juga dalam keadaan dua lengan di angkat ke
atas untuk melihat apakan ada bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak
atau adakah bagian yang tertinggal, dimpling, dan lain – lain.
2. Posisi Berbaring
Sabaiknya dengan
punggung diganjal bantal, lakukan palpasi mulai dari kranial setinggi iga ke
dua sampai distal setinggi iga ke enam, serta daerah subaerolar dan papilla
atau dilakukan secara sentrafugal, terakhir dilakukan penekanan daerah papilla
untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. Tetapkan keadaan tumornya, yaitu
lokasi tumor berdasarkan kuadrannya ; ukuran konsistensi, batas tegas / tidak ;
dan mobilitas terhadap kulit, otot pektoralis, atau dinding dada.
3. Dinding KGB regionan
di daerah :
a. Aksila, yang
ditentukan kelompok kelenjar :
Ø Mamaria
eksterna di anterior, di bawah tepi otot pektoralis
Ø Subskapularis
di posterior aksila
Ø Sentral
di pusat aksila
Ø Apical
di ujung atas fasia aksilaris
b.
Supra dan infraklavikula, serta KGB leher utama.
5.
Organ lain yang diperiksa untuk melihat adanya metastasis yaitu hepar, lien,
tulang belakang, dan paru. Metastasis jauh dapat bergejalan sebagai berikut :
a) Otak
; nyeri kepala, mual, muntah, epileppsi, ataksia, paresis, paralisis.
b) Paru
; efusi, sesak nafas.
c) Hati
; kadang tanpa gejala, massa icterus obstruksi.
d) Tulang
; nyeri, patah tulang.
2.5
Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi ( USG )
payudara, mammografi, dan aspirasi jarum halus ( FNAB ) untuk menunjang
diagnosis. Untuk menentukan metastasis dapat dilakukan foto toraks, bone
survey, USG abdomen / hepar.
Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi / tumor yang
solid dan kistik.Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang
mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglandular yang
relative lebih sedikit.Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda –
tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (
Stelata ), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis,
adanya mikrokalsifikasi, adanya spikulae, dan distorsi pada struktur arsitektur
payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi,
perubahan posisi papilla dan areola, adanya bridge of tumor, keadaan daerah
tumor dan jaaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan
lunak di belakang mamma, dan adanya metastasis ke kelenjar ( gambaran ini tidak
khas ). Pemeriksaan gabungan USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnostik
yang lebih tinggi.
2.6.
Diagnosis
Diagnosis pasti hanya
ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang dilakukan dengan :
1. Biopsi eksisi,
dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat di
sekitarnya bila tumor < 5 cm.
2. Biopsi insisi,
dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat, dilakukan
untuk tumor – tumor yang inoperable atau lebih besar dari 5 cm.
2.7
Klasifikasi Tnm Kanker Payudara ( Ajcc 1992 )
Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Kanker in situ,kanker intraduktal atau
lobular in situ, penyakit Paget pada papilla tanpa teraba tumor
T1 : Tumor < 2cm
T1a tumor <
0,5 cm
T1b tumor 0,5 – 1 cm
T1c tumor 1 – 2
cm
T2 : Tumor 2 – 5 cm
T3 : Tumor > 5 cm
T4 : berapa pun ukuran tumor, dengan
penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit. Dinding dada termasuk kosta,
otot intercostal, otot seratus anterior.Tidak termasuk otot pektoralis.
T4a melekat pada
dinding dada
T4b edema, peau
d’orange, ulserasi kulit, nodul satelit pada daerah payudara yang sama.
T4c T4a dan T4b
T4d karsinoma
inflamatoir = mastitis karsinomatosis
Nx : Pembesaran kelenjar regional tak dapat ditentuka
N0 : Tidak teraba kelenjar aksila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila
homolateral yang tidak melekat
N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila
homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria
interna homolateral
Mx : Metastasis jauh tidak dapat ditentukan
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh, termasuk ke
kelenjar supraklavikula
2.8
Stadium Kanker Payudara
Stadium
I :
tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm, tidak terfiksasi pada
kulit atau otot – otot pektoralis, tanpa dugaan metastasis aksila.
Stadium
II :
tumor dengan diameter < 2 cm dengan metastasis aksila atatu tumor dengan
diameter 2 – 5 cm dengan / tanpa metastasis aksila.
Stadium
IIIa :
tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya
dengan / tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lain ; atau tumor
dengan metastasis aksila yang melekat.
Stadium
IIIb :
tumor dengan metastasis infra atau supravikula atau tumor yang telah
menginfiltrasi kulit atau dinding toraks.
Stadium
IV :
tumor yang telah mengadakan metastasis jauh.
2.6
Penatalaksanaan
1) Terapi
Kuratif
Untuk kanker
payudara stadium 0.I, II, dan III.Terapi utama adalah mastektomi radikal
modifikasi, alternative tomorektomo + diseksi axila.
2) Pembedahan
Terapi beadah
bertujuan kuratif dan paliatif.Tumor primer biasanya dihilangkan dengan
pembedahan.Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara
tergantung pada tahapan penyakit, tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien
secara umum.Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat
sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara
(mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti
dengan terapi tambahan seperti radiasi,hormon atau kemoterapi.
3) Radioterapi
Pengobatan
radioterapi adalah untuk pengobatan local / lekoregional yang sifatnya bisa
kuratif atau paliatif.Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas
tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
4) Hormon
Terapi
Pengobatan
hormon terapi untuk pengobatan sistemik untuk meningkatkan survival.Terapi
hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat dipakai
sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
Sekitar 15-25%
tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara
berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang
secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor,
bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk
menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
5) Terapi
Poliatif dan Pain
Terapi poliatif
untuk dapat dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien, untuk tujuan perbaikan
kualitas hidup.
6) Rehabilitasi
Fisik dan Psikis
Penderita kanker
payudara sebaiknya setalah mendapatkan pengobatan konvensional seperti
pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya dilakukan rehabilitasi fisik untuk
mencegah timbulnya komplikasi akibat treatment tersebut.
7) Kemoterapi
Pengobatan kemoterapi
adalah pengobatan sistemik yang menggunakan obat – obatan sitostatika melalui
aliran sistemik, sebagai terapi utama pada kanker sebelum stadium lanjut (
stadium III B dan IV ) dan sebagai terapi tambahan.Obat kemoterapi digunakan
baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan
pembedahan).Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan.Salah satu diantaranya adalah Capecitabine, obat anti
kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya
menyerang sel kanker saja.
DAFTAR PUSTAKA
Kapita Selekta
Kedokteran
Ilmu Kandungan
Sarwono Praworihardjo, Jakarta : 2012
Langganan:
Postingan (Atom)