Senin, 07 April 2014

CARCINOMA MAMMAE



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker paling tua pada manusia. Penyakit kanker payudara telah dikenali sejak zaman Mesir Kuno ±1600 SM. Para ahli menemukan beberapa kasus yang berhubungan dengan kanker payudara dan cara penanganannya (Anonim, 2011).
Menurut WHO, sekitar 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita.Setiap tahun lebih dari 250000 kasus baru kanker payudara terdiagnosis di Eropa dan kurang dari 175000 di Amerika Serikat (Anonim, 2011).
Menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki peringkat pertama diantara kanker lainnya yang biasa dialami oleh wanita (Anonim, 2011).
Kanker payudara merupakan kanker nomor dua terbanyak yang dialami wanita Indonesia setelah kanker mulut rahim (kanker serviks).Oleh karena itu, memeriksa payudara merupakan hal yang sangat penting (Manuaba, 2009).
Kanker payudara menduduki tempat kedua dari insidens semua tipe kanker di Indonesia, baik menurut penyelidikan Bagian Patologi Universitas Indonesia maupun registrasi yang terbaru dari proyek penelitian registrasi kanker di RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1978. Penelitian tersebut menemukan 2606 kasus kanker.Kanker serviks (633 kasus) yang terbanyak, kanker payudara (385 kasus) yang nomor 2 terbanyak, dan kanker nasofarinks nomor 3 yaitu 282 kasus (Prawirohardjo, 2008).
Umur penderita kanker payudara yang termuda adalah 20-29 tahun, yang tertua 80-89 tahun, dan terbanyak berumur 40-49 tahun, yaitu 130 kasus (Prawirohardjo, 2008).
Secara epidemiologi, orang melihat tendensi penyakit ini familial, artinya seorang wanita dengan ibu penderita kanker payudara mempunyai kemungkinan lebih banyak mendapat kanker payudara daripada wanita-wanita dari ibu yang tidak menderita penyakit tersebut. Wanita yang infertil juga lebih tinggi kemungkinan mendapat kanker payudara  daripada wanita yang fertil (Prawirohardjo, 2008).
Berdasarkan data di atas, maka makalah ini akan membahas mengenai kanker payudara dimulai dari definisi hingga penanganan dan pencegahan kanker payudara.



1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan carcinoma mammae ?
2.      Apa saja etiologi carcinoma mammae ?
3.      Apa saja faktor resiko dari carcinoma mammae ?
4.      Bagaimana patofisiologi carcinoma mammae ?
5.      Bagaimana manifestasi klinis carcinoma mammae ?
6.      Apa saja pemeriksaan penunjang pada carcinoma mammae ?
7.      Bagaimana diagnosis carcinoma mammae ?
8.      Bagaimana klasifikasi TNM carcinoma mammae ?
9.      Bagaimana stadium dari carcinoma mammae ?
10.  Bagaimana Penatalaksanaan carcinoma mammae ?


1.3 Tujuan
1. Mengerti dan memahami tentang pengertian carcinoma mammae
2. Mengerti dan memahami etiologi tentang carcinoma mammae
3. Mengerti dan memahami tentang faktor resiko carcinoma mammae
4. mengerti dan memahami tentang patofisiologi carcinoma mammae
5. mengerti dan memahami tentang manifestasi klinis carcinoma mammae
6. mengerti dan memahami tentang pemeriksaan penunjang pada carcinoma mammae
7. mengerti dan memahami tentang diagnosis carcinoma mammae
8. mengerti dan memahami tentang klasifikasi TNM carcinoma mammae
9. mengerti dan memahami tentang stadium dari carcinoma mammae
10. mengerti dan memahami tentang Penatalaksanaan carcinoma mammae


                                                       BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Carcinoma Mammae
Carcinoma mammae adalahneoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrative dan destruktif, serta dapat bermetastase. Pada stadium awal tidak terdapat keluhan sama sekali, hanya berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat dan keras. ( Ramli, 1994 ).

2.2 Etiologi Carcinoma Mammae
Faktor etiologinya sampai saat ini belum di ketahui pasti,namun dapat dicatat pula bahwa penyebab itu sangat mungkin multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain:
1. Konstitusi genetika
Ini berdasarkan:
a. adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker payudara daripada keluarga lain.
b. adanya distribusi predileksi antar bangsa suku bangsa.
c. pada kembar monozygote terdapat kanker sama.
d. terdapat persamaan lateralitas kanker payudara dekat dari penderita kanker payudara.
e. seorang dengan klinefelter akan mendapat kemungkinan 66 kali pria normal.
2. Pengaruh hormon
Ini berdasarkan:
a. kanker payudara umumnya pada wanita,pada laki-laki kemungkinan ini sangat rendah.
b. pada usia di atas 35 tahun insidensinya jauh lebih tinggi.
c. ternyata pengobatan hormonal banyak yang memberikan hasil pada kanker payudara lanjut.

3. Virogen
Terbukti pada penelitian kera,pada manusia belum terbukti.

4. Makanan
Terutama makanan yang banyak mengandung lemak. Karsinogen:terdapat lebih dari 2000 karsinogen dalam lingkungan hidup kita.

5. Radiasi daerah dada.
Ini sudah lama di ketahui, karena radiasi dapat menyebabkan mutagen.(Ramli, 1994).

Menurut C. J. H Van De Velde, penyebab kanker payudaraAntara lain :
a)      Carsinoma Mammae yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ berpasangan.
b)       Keluarga
Diperkirakan 5% semua kanker adalah predisposisi tartil ini, dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carcinoma mammae.
c)      Kelainan Payudara
Kelainan fibroskitik ( banigna ) terutama pada periode tartil, telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita atau pernah menderita yang politeratif sedikit meningkat.
d)     Makanan atau Berat Badan dan Faktor Lain
Status social yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan yang berlebihan menunjukkan resiko dengan  kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita yang post menopause.
e)      Faktor Endokrin dan Reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun menarche kurang dari 12 tahun.


f)       Obat atau Kontrasepsi Oral
Penggunaan obat anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko tinggi yang lebih besar untuk terkena kanker.

2.3. Faktor Resiko Kanker Payudara
Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan.Akan tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara.Faktor resiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen dominan) dan genetik.

Menurut Rasjidi (2009) penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan karena berdasarkan beberapa faktor resiko di bawah ini dan dapat di golongkan :
Faktor yang berhubungan dengan diet.
Faktor resiko yang dapat di bagi dua, yaitu faktor yang memperberat terjadinya kanker dan yang mengurangi terjadinya kanker. Beberapa faktor yang memperberat seperti :
a)      Peningkatan berat badan yang bermakna pada saatnya pasca menopause
b)      Diet ala barat yang tinggi lemak.
c)      Minuman beralkohol.

Faktor resiko yang mempunyai dampak positif seperti :
a)      Peningkatan konsumsi serat
b)      Peningkatan konsumsi buah dan sayur.

Hormon dan faktor reproduksi
a)      Menarche atau menstruasi pertama pada usia relative muda (kurang dari 12 tahun)
b)      Menopause atau mati haid pada usia relative lebih tua (lebih dari 50 tahun)
c)      Nulipara/belum pernah melahirkan
d)     Infertilitas
e)      Melahirkan anak pertama pada usia relative lebih tua (lebih dari 35 tahun)
f)       Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (lebih kurang 7 tahun)
g)      Tidak menyusui.

2.4Patofisiologi
            Sel – sel carcinoma dibentuk dari sel – sel normal dalam suatu proses runit yang disebut transformasi, yang terdir dari tahap insisi dan promosi :

1)      Fase Iniasiasi
Pada tahap inisiasi terjadi perubahan dalam bahan genetic sel yang memancing sel menjadu ganas. Perubahan dalam bahan genetic sel ini disebabkan oleh suatu gen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi ( penyinaran ), atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memliliki kepekaan yang sama terhadap karsinogen. Kelainan genetic dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel rentan terhadap suatu karsinogen.Bahkan gangguan fisik menahun bisa menjadikan sel lebih peka untuk mengalami keganasan.

2)      Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami tahap inisiasi akan bertambah menjadi ganas. Sel yang belum mengalami tahap inisisasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu, diperlukan beberap factor untuk terjadinya keganasan ( gabungan dari sel yang peka dansuatu karsinogen ).

·         Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu :
1)      Fase Induksi ( 15 – 30 tahun )
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeluis lingkungan mungkin memegang peranan penting dalam terjadinya kanker pada manusia.Kontak dengan karsinogen mungkin membutuhkan waktu bertahn – tahun sampai bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas.Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, lamanya terkena, adanya zat – zat karsinogen atau karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2)      Fase Insitu ( 1 – 5 tahun )
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre – cancereous yang bisa ditemukan di serviks, uteri, rongga mulut, paru – paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.


3)      Fase Invasi
Sel – sel menjadi ganas, berkembangbiak dari menginfiltrasi melalui mebran sel ke jaringan sel sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.Waktu antara fase ke – 3 dan ke – 4 berlangsung antara beberapa minggu sampai beberapa tahun.
4)      Fase Diseminasi ( 1 – 5 tahun )
Bila tumor semakin membesar akan memungkinkan terjadinya penyebaran ke tempat lainnya bertambah
 2.4.1 Pathway Carcinoma Mammae

 2.4 Manifestasi Klinis
            Pasien biasanya datang dengan benjolan / massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, timbul kelainan kulit( dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d’orange ),pembesaran kelenjar getah bening / tanda metastasis jauh. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak.
            Dalam anamnesis juga dinyatakan adanya faktor – faktor resiko pada pasien dan pengaruh siklus haid terhadap keluhan atau perubahan ukuran tumor.Untuk meminimalkan pengaruh hormone estrogen dan progesteron, sebaiknya pemeriksaan dilakukan kurang lebih 1 minggu dihitung dari hari pertama haid. Teknik pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut :

1. Posisi Duduk
Lakukan inspeksi pada pasien dengan posisi tangan jatuh bebas ke samping dan pemeriksaan berdiri di depan dalam posisi lebih kurang sama tinggi. Perhatikan keadaan payudara kiri dan kanan, simetris / tidak ; adakah kelainan papilla, letak dan bentuknya, retraksi puting susu, kelainan kulit berupa peau d’orange, dimpling, ulserasi, atau tanda – tanda radang. Lakukan juga dalam keadaan dua lengan di angkat ke atas untuk melihat apakan ada bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal, dimpling, dan lain – lain.

2. Posisi Berbaring
Sabaiknya dengan punggung diganjal bantal, lakukan palpasi mulai dari kranial setinggi iga ke dua sampai distal setinggi iga ke enam, serta daerah subaerolar dan papilla atau dilakukan secara sentrafugal, terakhir dilakukan penekanan daerah papilla untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. Tetapkan keadaan tumornya, yaitu lokasi tumor berdasarkan kuadrannya ; ukuran konsistensi, batas tegas / tidak ; dan mobilitas terhadap kulit, otot pektoralis, atau dinding dada.

3. Dinding KGB regionan di daerah :
a. Aksila, yang ditentukan kelompok kelenjar :
Ø  Mamaria eksterna di anterior, di bawah tepi otot pektoralis
Ø  Subskapularis di posterior aksila
Ø  Sentral di pusat aksila
Ø  Apical di ujung atas fasia aksilaris
b. Supra dan infraklavikula, serta KGB leher utama.
5. Organ lain yang diperiksa untuk melihat adanya metastasis yaitu hepar, lien, tulang belakang, dan paru. Metastasis jauh dapat bergejalan sebagai berikut :
a)      Otak ; nyeri kepala, mual, muntah, epileppsi, ataksia, paresis, paralisis.
b)      Paru ; efusi, sesak nafas.
c)      Hati ; kadang tanpa gejala, massa icterus obstruksi.
d)     Tulang ; nyeri, patah tulang.

2.5 Pemeriksaan Penunjang
            Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi ( USG ) payudara, mammografi, dan aspirasi jarum halus ( FNAB ) untuk menunjang diagnosis. Untuk menentukan metastasis dapat dilakukan foto toraks, bone survey, USG abdomen / hepar.
            Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi / tumor yang solid dan kistik.Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglandular yang relative lebih sedikit.Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda – tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign ( Stelata ), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya mikrokalsifikasi, adanya spikulae, dan distorsi pada struktur arsitektur payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan areola, adanya bridge of tumor, keadaan daerah tumor dan jaaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mamma, dan adanya metastasis ke kelenjar ( gambaran ini tidak khas ). Pemeriksaan gabungan USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.

2.6. Diagnosis
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang dilakukan dengan :
1. Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya bila tumor < 5 cm.
2. Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat, dilakukan untuk tumor – tumor yang inoperable atau lebih besar dari 5 cm.

2.7 Klasifikasi Tnm Kanker Payudara ( Ajcc 1992 )
Tx        : Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0        : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis       : Kanker in situ,kanker intraduktal atau lobular in situ, penyakit Paget pada papilla                tanpa teraba tumor
T1        : Tumor < 2cm
              T1a tumor < 0,5 cm
              T1b tumor 0,5 – 1 cm
              T1c tumor 1 – 2 cm
T2        : Tumor 2 – 5 cm
T3        : Tumor > 5 cm
T4        : berapa pun ukuran tumor, dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot intercostal, otot seratus anterior.Tidak termasuk otot pektoralis.
              T4a melekat pada dinding dada
              T4b edema, peau d’orange, ulserasi kulit, nodul satelit pada daerah payudara yang           sama.
              T4c T4a dan T4b
              T4d karsinoma inflamatoir = mastitis karsinomatosis
Nx       : Pembesaran kelenjar regional tak dapat ditentuka
N0       : Tidak teraba kelenjar aksila
N1       : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat
N2       : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau     melekat pada jaringan sekitarnya.
N3       : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
Mx       : Metastasis jauh tidak dapat ditentukan
M0       : Tidak ada metastasis jauh
M1       : Terdapat metastasis jauh, termasuk ke kelenjar supraklavikula

2.8 Stadium Kanker Payudara
Stadium I       : tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm, tidak terfiksasi pada kulit atau otot – otot pektoralis, tanpa dugaan metastasis aksila.
Stadium II      : tumor dengan diameter < 2 cm dengan metastasis aksila atatu tumor dengan diameter 2 – 5 cm dengan / tanpa metastasis aksila.
Stadium IIIa  : tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya dengan / tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lain ; atau tumor dengan metastasis aksila yang melekat.
Stadium IIIb  : tumor dengan metastasis infra atau supravikula atau tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding toraks.
Stadium IV    : tumor yang telah mengadakan metastasis jauh.

2.6 Penatalaksanaan
1)      Terapi Kuratif
Untuk kanker payudara stadium 0.I, II, dan III.Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative tomorektomo + diseksi axila.
2)      Pembedahan
Terapi beadah bertujuan kuratif dan paliatif.Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan.Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum.Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi,hormon atau kemoterapi.
3)      Radioterapi
Pengobatan radioterapi adalah untuk pengobatan local / lekoregional yang sifatnya bisa kuratif atau paliatif.Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
4)      Hormon Terapi
Pengobatan hormon terapi untuk pengobatan sistemik untuk meningkatkan survival.Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
5)      Terapi Poliatif dan Pain
Terapi poliatif untuk dapat dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien, untuk tujuan perbaikan kualitas hidup.
6)      Rehabilitasi Fisik dan Psikis
Penderita kanker payudara sebaiknya setalah mendapatkan pengobatan konvensional seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya dilakukan rehabilitasi fisik untuk mencegah timbulnya komplikasi akibat treatment tersebut.
7)      Kemoterapi
Pengobatan kemoterapi adalah pengobatan sistemik yang menggunakan obat – obatan sitostatika melalui aliran sistemik, sebagai terapi utama pada kanker sebelum stadium lanjut ( stadium III B dan IV ) dan sebagai terapi tambahan.Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan).Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan.Salah satu diantaranya adalah Capecitabine, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.


DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran
Ilmu Kandungan Sarwono Praworihardjo, Jakarta : 2012







Tidak ada komentar:

Posting Komentar